01/04/2011

Taman Hijau


10/02/2011

Sebuah Ungkapan

Sebuah ungakapan berisi sajak, puisi, dan curahan ...
:)

02/02/2011

Westernisasi Lebay

WESTERNISASI VERSUS EASTERNISASI
Oleh : anunkaseppasundan
Perkembangan informasi yang  cepat bahkan terkadang lepas dari kontrol baik oleh negara maupun oleh individu tertentu serta rendahnya pemahaman menjadi awal di mana gaya dan passion style maupun pola pikir masyarakat berubah. Isu Globallisme, Liberallisme, Kapitalisme atau bahkan Sekulerisme, selalu menyatu dalam bingkai Westernisasi di abad modern ini. Penguasaan informasi dan media oleh bangsa barat bukan tidak mungkin membawa pengaruh dari hal yang kecil sampai sekala yang besar. Peradaban yang lemah akan terhapus oleh peradaban yang kuat yang lebih dominan menguasai media. Seperti bangsa atau Negara Amerika dan Negara Eropa lainya yang menguasai hampir 65% media di dunia ini, mereka mampu menciptakan opini hanya dengan 1 hari atau bahkan beberapa jam dengan sebuah media televisi, internet atau bahkan media lainya. Isu Westernisasi terkesan seperti senjata untuk merubah dan menyatukan beberapa budaya atau pandangan menjadi satu kesatuan yang hegemonic untuk menjadi sama, baik dari aspek budaya, politik, hukum, teknologi. Pendidikan bahkan agama.

Apa Itu Westernisasi
Bukan tidak mungkin aku dan sebagian masyarakat lainya : berpendapat sama seperti dalam tulisan ini bahwa Westernisasi adalah pengaruh atau paham yang hendak menjadi budaya baru yang tercipta karena arus informasi atau bahkan tercipta karena sebaran atau tersebar baik itu oleh media elektronik maupun cetak yang datangnya dari bangsa barat, baik secara langsung atau bahkan tersamar. Dan westernisasi mempunyai pengaruh luas  dalam hal apapun, seperti yang tercamtum di atas yaitu :

Budaya, Politik, Hukum, Teknologi. Pendidikan bahkan Bahasa dan Agama

Kepercayaan diri yang rendah dalam suatu bangsa atau Negara, adalah target dimana westernisasi menjadi senjata untuk menyerang setiap kelemahan yang ada. Westernisasi mampu merubah sesuatu yang tabu atau bahkan “masih canggung untuk di ungkap” menjadi sesuatu hal yang biasa, pola pikir setiap individu mampu di rubah hanya dengan berbekal sebuah perangkat media informasi. Di tengah bangsa yang manjemuk westernisasi mampu beradaptasi dan menjelma menciptakan sesuatu seperti budaya yang baru dan kultur baru dalam masyarakat yang terseok dan kalah saing dalam bidang penguasaan media. 

Westerniasi Indonesia
Indonesia adalah Negara terhebat menuruku :  dimana ada berjuta suku dan karakteristik yang berbeda pula di setiap pendudukanya, dan Indonesia adalah negara dengan perkembangan perangkat media tercepat  di antara negara di kawasan Asean lainya. Seperti Jepang yang menerima budaya westernisasi namun tetap mepertahankan nilai2 luhur, karakterisktik dan norma serta berpegang teguh akan warisan budayannya. Sehingga adanya isu westernisasi di jadikan sebagai proteksi dimana negara mau tidak mau harus aktif untuk memberi kesempatan dan membantu sekuat mungkin budaya lokal atau kekuatan asli untuk tetap membumi.

Salah Kaprahnya Westernisasi
Sesuatu yang menyakut tentang kemajuan sering di artikan pula sebagai bagian dari akibat westernisasi, padahal sesungguhnya tidak.!!
Kemajuan tenknologi sering pula di artikan sebagai bagian dari westernisasi padahal sesunggulnya tidak!!!
Menurutku secara “pribadi :
Pada dasarnya kemajuan teknologi adalah tergantung dari kemampuan masing2 setiap bangsa atau negara akan SDM di masyrakatnya. Pengertian yang salah akan westernisasi yang selalu berhubungan dengan kemajuan adalah sesunggunya bohong besar. Karena sesungguhnya suatu negara atau bahkan bangsa lainya bisa menciptakan sesuatu yang lebih baik dan lebih maju dari bangsa barat tanpa harus meniru, dan bahkan berhak akan pengakuan dan legitimasi suatu tentang istilah “kemajuannya” baik dari segi teknologi budaya dan sesuatu yang mencakup gaya hidup. Bahkan sebaliknya jika mampu menguasai peradaban dan menguasai informasi di dunia kita bisa menggerakan paham Easteniasi terhadap budaya barat namun semua itu tergantung dari konsistensi kita dimana kita mau bersama2 bergandengan menguasai teknologi informasi dan sejenisnya. Tidak dapat di pungkiri karena faktor sesungguhnya, adanya penyebaran isu westernisasi adalah media informasi.
Diantara Westernisasi Ada Easternisasi
Masyarakat yang mengaku dirinya berbudaya timur sejatinya harus mampu menjadi masyrakat yang mampu memimpin dan membenamkan dirinya dalam segala aspek kekuatan dan kemajuan dan menjadikan budaya yang ada dan yang telah di pegang teguh untuk tetap mempertahankan ke aslianya dan menjalankan budaya aslinya dalam keseharian serta menjadikan pula budaya atau pengaruh barat sebagai budaya kritis dan penyeimbang bahkan pendorong dan motivasi untuk sebuah keselarasan dan memahami bahwa di samping kita ada budaya yang berbeda tanpa semuanya harus kita ikuti. Bukan dengan mencela dan menghujat dengan pikiran sempit. Apalagi harus dengan isolasi dari kepungan budaya barat.

Westernisasi, sesungguhnya bukanlah budaya “ia” (westernisasi) adalah seperti paham atau pengaruh atau cara keinginan untuk meniru budaya tertentu yang datangnya dari barat dan menjadikannya sebagai penguat ego di tengah perkembangan zaman akan peradaban baru dan menjadikanya “ia” sebagai gaya atau passion baru dalam berkehidupan dan bermasyrakat.

Kita bisa melawan westerniasi dengan Easternisasi yaitu memulai dengan suatu gerakan dimana gerakan tersebut adalah adanya penayadaran akan kesederhanaan hidup namun tetap dengan cara berpandangan maju. Tanpa harus meninggalkan budaya asli kita dan darimana kita berasal. Tidak sepenuhnya westernisasi mengandung unsur kehebatan di balik itu semua ada tempat dan ciri cara pandang yang berbeda karena pengaruh lingkungan dan adata istiadat. Sementara cara mereka yang kita ikuti terkadang tidak sesuai dengan suatu keadaan dan lingkungan di sekitar kita.

Opini pribadi ini tidak bermaksud bahwa penulis berhaluan atau bahkan tunduk terhadap sesuatu yang berhubungan dengan bangsa barat tetapi lebih kepada apa yang ingin di sampaikan bahwa kita  yang merasa berbudaya timur harus bisa menerimanya karena seiring perkembangan dunia, kadang kala budaya memerlukan suatu akulturasi atau percampuran sebagai rasa saling menghargai dan menyeimbangkan yang ada, begitupun yang terjadi di belahan negara barat lainya mereka berlomba melawan budaya timur yang dengan istilah dan santer saat ini di Eropa dan Amerika lainya tentang maraknya arus imigran dan isu islamisasinya serta terkenal pula dengan merebaknya isu Easternisasi yang di bawa oleh orang2 Asia pada umunya yang singgah dan bermukin disana. Mereka (Bangsa barat dan Amerika) melawan dengan Intelktualitas dan tetap dengan toleransi tinggi bukan dengan pandangan sepit atau picik bukan dengan lebaya atau berebihan.

Satu point dimana Westernisasi akan tercipta  bila suatu pemimpin atau bahkan individu masyarakatnya lengah dan tak mampu memfilter budaya barat untuk di ambil mana bagian dari yang positif dan mana dari bagian yang negative. Dan kuatnya penguasaan media oleh bangsa2 barat tanpa kontrol atau bahkan kesadaran dari masyrakatnya kadang begitu kuat pengaruhnya. Bahasa, gaya berpakaian dan cara berfikir dan pandangsn nyeleneh bahkan memutarbalikan fakta serta menjadikan sesuatu yang sebenarnya “benar” menjadi sesuatu yang di anggap “salah” dan sesuatu yang sebebarnya “salah” menjadi sesuatu yang di anggap “benar”. Itulah pembiasan salah dan pemahaman yang salah kaprah  dimana sebagian dari kita tidak memahami subtansi arti pengaruh dan pesan yang ingin di sampaikan oleh bangsa barat.

Bangsa yang unggul dan percaya akan kemampuan masyarakatnya mampu membedakan mana bagian dari westernisasi dan mana dari akulturasi.

By : daripenulisuntukberbagi

27/01/2011

Bisikan Gila

Admin mengundang kamu untuk mengirimkan sebuah / 1. Opini, dengan tema yang meliputi (hukum, budaya, politik, sosial, edukasi, teknologi, dan hiburan) 2. sajak/puisi, yang meliputi (percintaan, sosial, kehidupan, dan religi). dan Setiap opini atau puisi/sajak akan di tampilkan sesuai dengan aslinya. Syarat dan ketentuan opni atau sajak/puisi (1) minimal 4 alinea/paragraf murni dari pemikiranmu, dan bukan copy paste. (2) mengirimkan photo serta nama jelas. untuk hasil akhir tidak ada hadiah, semua di kembalikan kepada pembaca itu sendiri, bila mana setiap opini atau sajak/puisi mempunyai banyak komentar dari pembaca lainya dan komentar adalah yang mempunyai id "link" blog/website dan bukan anonim, akan di jadikan tren topic di Webblog "www.bakiakbutut.co.cc." /. Opini, sajak/puisi dapat di kirimkan ke ( anun_kasep[at]yahoo[dot]co[dot]id ) sekian dan terima kasih.
BISIKAN GILA
Oleh | Tubagus Arief Aditya
Penyunting/Editor | anunkaseppasundan


Salam Sejahtera,
Beberapa hari ini, curahan hati Presiden kita, Pak SBY, telah menjadi Trending Topic (pinjam istilah twitter) hampir disemua lapisan masyarakat. Di berbagai media, dijadikan bahan diskusi, dan artikel mengenai masalah ini bisa di baca hampir setiap hari. Hal ini bertransformasi dari sebuah "curhat" menjadi "isu Nasional", yang menjadi bola panas bagi si empunya curhat itu sendiri, Pak SBY.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sensitif dan reaktif, dengan berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat, ucapan atau komentar dari para pemimpin negeri ini menjadi alat kita untuk menepatkan mereka di posisi yang salah. Hal itu tidak salah, mengingat kondisi sosial-ekonomi masyarakat kita tidak kunjung membaik dalam kurun waktu pasca reformasi. Curhatan SBY ini, dianggap sebagai ungkapan yang egois dan dangkal. bagaimana tidak, ketika sebagian masyarakat indonesia terjebak dalam kolonialisme versi modern (baca:penjajahan ekonomi) dan bergelut dengan kemiskinan, Presiden kita yang gajinya, konon mencapai 68 Juta, masih mengeluh tentang 7 tahun tidak naik gaji. yap, itu blunder yang fatal bagi seorang negarawan sekelas Presiden. padahal, data KPK terakhir, kekayaan Jendral Bintang 4 TNI ini mencapai 3 Milyar lebih. 
Mungkin kurang lebih itu pemikiran kebanyakan orang....

Berbagai reaksi, yang kebanyakan penolakan, terjadi sebagai implikasi dari pernyataan tersebut. bahkan anggota DPR-RI berinisatif mengumpulkan koin untuk Presiden sebagai bentuk sindiran. Politisi sekelas Akbar Faisal (F-Hanura) atau Bambang Soesatyo (F-Golkar) tidak segan-segan menyebut Presiden tidak memperhatikan asas kepatutan sebagai seorang kepala negara. DPR-RI sepakat dengan rakyat, menganggap bahwa statement Presiden sebagai statement yang tidak tepat dan salah tempat. Dan itu menjadi tekanan politis, karena anggota DPR-RI pun menjadi barisan terdepan yang bersuara lantang menentang Curhatan Pak Beye. yah selama ini, berbagai kebijakan pun yang niatnya konstruktif dari Pemerintah, banyak ditentang oleh anggota dewan, apalagi jika sang pemimpin pemerintah dan pemimpin Partai pemenang Pemilu, salah bersuara, maka hal itu merupaka santapan empuk bagi mereka.

Dilain pihak, ada hal lain yang unik, ternyata tidak semua pihak menentang curhatan Pak Beye, Depkeu pimpinan Agus Martowardjojo misalnya, pasca curhatan pak Presiden, Depkeu langsung sibuk menggodok kebijakan kenaikan gaji para pejabat (dimana Presiden termasuk didalamnya). Depkeu menyatakan, bahwa rencana ini sudah di bahas 3 taun yang lalu ketika Depkeu masih dibawah pimpinan Ibu Sri Mulyani. namun, 3 taun atau baru kemarin, ide kenaikan gaji pejabat hanya beberapa hari setelah prseiden curhat, agaknya pantas dicurigai. entahlah, mungkin itu bentuk loyalitas yang terlalu loyal dari jajaran kementrian keuangan.

Namun, mari kita sedikit membuka pikiran akan hal ini. saya tidak membela siapapun dalam hal ini, hanya saja, saya sama sekali tidak menanggap curhatan SBY tentang gaji itu sebagai pernyatan politis atau pernyataan keberatan. namun, hal ini di politisasi oleh lawan politiknya, dan dijadikan moment mengambil hati oleh para pendukungnya. Bagaimana seandainya kita melihat dari perspektif bebas lainnya,  mungkin saja kondisinya pak Beye mengeluarkan statement 7 ta   tahun tidak naik gaji bukan karena dia ingin naik gaji, tapi mungkin statement ini bisa dibaca seperti ini "saya tujuh taun tidak naik gaji, tetapi saya tidak mengeluh". mungkin pak Beye ingin menunjukan semangat keikhlasan dalam bekerja, bukan ingin menyatakan bahwa gajinya kurang. setau saya, SBY adalah presiden yang amat sangat menjaga citra, baik itu dari tingkah laku maupun ucapan. politik pencitraan yang dijalankan SBY selama ini terbukti berhasil membawa SBY duduk sebagai Presiden RI selama 2 periode. Jika pencitraan itu masih merupakan bagian dari strategi politik SBY, buat saya aneh jika SBY curhat ingin naik gaji pada sebuah Pidato yang mengundang banyak media dan didepan banyak orang. mungkinkah SBY sudah tidak peduli dengan citra dirinya? saya pikir tidak, politik pencitraan SBY selama 7 taun memimpin nyaris tidak berubah. SBY adalah tipikal pemimpin yang sangat peduli terhadap self-image dalam kapasitasnya sebagai presiden. Lalu SBY curhat ingin naik gaji didepan media? hmm..no chance. 

Sekali lagi saya tidak membela siapapun, namun hal ini mengindikasikan 5 hal. 
Pertama, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang reaktif dan sensitif, apalagi terhadap masalah uang. Dengan kondisi sosial-ekonomi yang terjadi di Indonesia, bagi rakyat, agaknya kurang pantas jika pejabat pemerintah ingin naik gaji. 
Kedua, manuver lawan politik SBY dan Partai Demokrat benar-benar mencari celah untuk meruntuhkan dominasi politik pencitraan SBY maupun partainya. saya pikir, mereka langsung menyimpulkan statement SBY sebagai bentuk pengkhianatan terhadap asas keadilan masyarakat. pengumpulan koin untuk SBY, merupakan contoh serangan politis konkrit lawan-lawan SBY terhadap figur SBY. ini pun menunjukan bahwa koalisi ditubuh pemerintah tidak berjalan baik, melihat banyaknya politisi dari partai koalisi yang berani menyerang SBY secara verbal.
Ketiga, Hal inipun menunjukan respon orang-orang dekat SBY yang begitu bersemangatnya cari muka. padahal periode ini Kabinet SBY akan berakhir, dan mungkin akan terjadi pergantian dijajaran kementrian. 
Keempat, entah apakah SBY sudah tidak peduli terhadap citra atau SBY sudah capek terkungkung dalam politik pencitraan yang begitu membarikade SBY dalam bertindak, sehingga pak beye mulai tidak mempertimbangkan implikasi ucapannya di depan umum, meskipun mungkin niatnya tidak demikian.
Kelima, ini merupakan santapan Media yang begitu berapi-api menghadirkan diskusi, berbagai narasumber, yang berpotensi menghadirkan perdebatan agar rating acaranya naik. biarpun beritanya kadang tidak berimbang dalam menggiring opini publik

Indonesia merupakan negara yang bisa diibaratkan rumput kering, ketika ada sedikit api, maka akan mudah terbakar..kita tidak perlu melihat prilaku reaktif masyarakat lewat tawuran pelajar misalnya, namun panggung politik indonesia, yang isinya manusia-manusia cerdas,  menunjukan sesuatu yang sebenarnya lebih menarik dan fatal akibatnya ketimbang tawuran pelajar.