27/05/2010

Diktatorian

DIKTATORIAN
Oleh : anunkaseppasundan

Pemimpin Diktatorian & Kemunafikan Yang Terselubung Dalam Persfektif Masa Kini
Lebih dari beberapa abad semenjak dimulai era manusia membangun sebuah peradaban, dan dengan beberapa sejarah kepemimpinan dari berbagai latar dan bangsa yang berbeda-beda, dan dari tempat yang berbeda, selalu di terselip tentang cerita para pemimpinnya yang pengecut dan berlindung di balik kesombongannya, menciptakan suasana yang nyaman namun membimbngungkan sebagian masyarakatnya yang dipimpinnya, karena sifatnya yang cenderum bermuka ganda dan dengan segala caranya tercipta sebuah sistem otoritarian yang menyentuh segala lapis kehidupan masyarakatnya.
 
Pemimpin yang munafik tak lebih dari baunya seperti bangkai yang menganga di tengah-tengah gurun, ia kerap menjadikan sandaran dan argumen disaat keadaan terasa terjadi sebuah penyudutan akan dirinya sebagai manusia yang mempunyai kekuasaan. Pemimpin yang berfantasi dengan “Egoisme” selalu terlahir dengan mahkota sifat politikus yang selalu bermain dalam ketidak pedulian, bila disaat kepentingan yang lain tentang kelanggengan titahnya sebagai sang raja kerap terancam akan bayangan kehancuran, dengan sigap ia akan berusaha melakukan tindakan prepentif.
 
Pemberangusan dan pencitraan dirinya seolah mengalir sama yang tak akan terpisahkan, pemberangusan terjadi bila sebuah kabar yang tertuju pada dirinya adalah kabar kontraproduktif, kabar yang akan merusak kepemimpinannya dan integritas sebagai “Law  of Leaders” dari masyarakat-nya. Maka jalan pemberedelan adalah pilihan terbaik untuk melindungi kekuasaan yang telah dimilikinya, segala tindakan baik itu sebuah pendapat atau gagasan yang mengancamdan menyindir dan cenderum menyudutkan dirinya atas kebijakannya, harus sesegera mungkin di hancurkan bahkan di tiadakan dalam pemberitaan media, padahal argument yang sedang di tentangnya adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan akan kegagalanya sebagai pemimpin dan kesalah kaprahanya telah membuat rakyatnya menangis dan meronta akibat dari kebijakannya yang tak pernah memihak kaum miskin .
 
Indonesia bukan negeri di masa dinasti kerajaan, yang dengan segala cara ketika titah sang raja tidak tidak sesuai dengan kehedaknya penjegalan akan kewenangan menjadi jawaban, namun Negara ini adalah sebuah Negara yang di bangun berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, dimana kebebasan berpendapat dan berekpresi menjadi sebuah menu yang mau tidak mau suka tidak suka harus di apresiasi dan di hargai. Karena demokrasi lahir dan ada atas nama kebebasan.
 
Demokrasi lahir dari niat yang tulus, ketika sang pemimpin lahir dari rahim demokrasi maka yang terlahir harus mampu mempertanggung jawabkan integritasnya sebagai pemimpin yang lahir dari rahim pemilu yang di nahkodai atas nama demokrasi, karena demokrasi selalu beriringan dengan rasa hormat dan tanggung jawab, hormat bagi yang kalah terhadap pemenang dan bertanggung jawab bagi pemenang untuk menjalankan amanah kekuasaan yang di berikan rakyatnya dan untuk rakyat sesuai tempat dan kapasitasnya, dalam opni ini jelas demokrasi bagi sang pemimpin yang lahir dari rahim pemilu demokrasi adalah memberi seluas-luasnya kewenangan kepada masyarakat untuk berpendapat dan mengkritisi kebijakanya bukan dengan membungkam lewat media dan menutup diri dari berita tentang apa yang sudah menjadi cerita dalam hari-harinya, bhkan bukan dengan menasbihkan dirinya sebagai pemimpin yang penuh kemunafikan dimana menyanjung demokrasi namun di lain pihak menampik apa yang sudah menajadi seharusnya.
 
Kadarnya demokrasi adalah memberi ruang bagi  masyarakat dan pemimpinpinnya, dimana kebebasan seluas-luasnya adalah jawaban dari fakta integritas bagi semua lapisan yang menerapkan dan ikut andil di dalamnya.

0 komentar:

Post a Comment

Koementar yang tertinggal akan membuat web/blogmu semakin punya trafic tinggi