28/08/2010

Panglima Kadal

PANGLIMA KADAL
Oleh : anunkaseppasundan
Terlalu sering kita melihat akhir-akhir ini, rakyat menjerit-jerit meminta sebuah kebijaksanaan dari para pemimpinnya, tetapi tetap saja mereka memalingkan wajah seolah acuh dan tak mau mendengarkan keluhan dan harapannya, bahkan untuk sekedar melihat saja sepertinya merekan sungkan karena mungkin mereka merasa tak mampu untuk bisa memberi solusi yang sedang terjadi dan di alami oleh rakyatnya,...

Beribu tangsis melengking disana-sini meminta dan bahkan rakyat harus berteriak-teriak hanya untuk mengatakan "bagaimana ini terjadi". dengan penuh ketidak pedulian dan di tambah lagi dengan sikap acuhnya mereka membangun sejuta tembok untuk menghalau demo yang mengancam citranya, Sesekali, hanya sesekali saja mereka melihat itupun karena kebetulan mengusap pundak menengok kesebelah kiri atau kanan bukan sepenuhnya melihat dan menengok ke kiri atau kekanan untuk melihat dan mendengarkan keluhan dari rakyanya. padahal dari pencitraannya yang di bangun sebegitu megah dan sebegitu mahal mereka (penguasa) selalu mengiklankan diri seraya berkata "saatnya memberi kesejahteraan bukan kesengsaraan". alah bullshit.. ternyata mereka hanya berkoar-koar untuk mendapatkan jatah lebih dari sejuta suara setelah mereka jadi penguasa lari tunggang langgang menjauh dari pertanggung jawaban, mereka bilang bawahanya tak becus, mereka bilang bawahanya jangan diam saja, mereka bilang semua sudah terkordinasi, mereka bilang tolong akan di selesaikan, mereka bilang kita cukup prihatin, mereka bilang lagi-lagi rakyat harus hati-hati dan pintar menjaankan aturan, mereka bilang bla-bla, bilang saja kalau mereka sebenarnya lagi bingung, Haach".... sampai kapan wahai penguasa yang sibuk dengan pencitraanya kami harus diam dan bersabar menunggu jawaban yang pasti dari kalian, haruskah kami merasakan lutut dan kaki kami bersujud sampai dengkul ini hanya tinggal tulang dengan darah bercucuran, karena terlalu sering berjongkok menghamba meminta kalian mendengarkan keluhan kami...

Selayaknya penguasa memberi solusi yang pasti bukan janji yang hanya melahirkan keraguan  kamuflase, di mata kami sebagai rakyat yang telah memilihmu, selayaknya pula penguasa memberi jalan yang terbaik dan lurus bukan jalan yang berbelok seperti labirin yang sesekali kami harus merasakan berbagai penderitaan dari kebijakan yang sekiranya membuat kami merasa terancam dan terkesan menjadi kelinci percobaan, Pemimpin/penguasa bukan Tuhan yang sedang memberi cobaan, penguasa adalah panutan yang harus bijak dan secepatnya memberi isyarat bahwa permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan segera bukan di tunda-tunda. Penguasa bukan orang yang sedang memperlihatkan penderitaan dan memimta pertolongan tentang solusi dengan megeluh kepada rakyatnya.

Kalian penguasa seperti membisu ketika satu peristiwa terjadi, atau bahkan menjadi tuli ketika satu kebijakan yang lagi-lagi menjadi sebuah percobaan gagal, kalian penguasa seolah buta malas melihat acuh menyapa ketika satu peristiwa menjadi buah bibir yang memerahkan daun telinga karna kegagalan program yang di jalankanya.
Hampir lebih satu dekade semenjak The Founding Fahers membangun bangsa ini, sepertinya tak ada lagi pemimpin yang benar-benar memanjakan rakyatnya, padahal mereka berjuang dengan mengorbankan darah dan jiwanya bahkan hartanya, untuk sebuah kepentingan atas nama kebersamaan, kesejahteraan dan kemakmuran bahkan kemerdekaan bagi dan untuk rakyatnya, pantas saja semua yang ada dijaman sekarang tidak terlalu bisa untuk di harapkan karena penguasa di jaman sekarang berjuang dengan uang untuk mendapatkan kekuasaaan dan kursi empuk yang katanya terasa nyaman, jadi pantas saja mereka tak mau rugi karena semua di lalui dengan uang yang selalu konotasinya berbau tanpa keikhlasan. Mereka seperti berjudi apa yang sudah di beli harus kembali, persetan dengan program lepas satu atau dua periode tinggal lempar saja kepada pemimpin yag akan datang. 


Fuuach....  rasa-rasanya kita seperti mencium bau amis bila yang terjadi adalah demikian, karena bagaimana mungkin mengharapakan kebaikan dari para pemimpin yang hanya mementingkan kekuasaan. kekuasaan dan kursi yang mereka miliki sekarang tak lebih dari sebuah kue  black forest cake sementara, yang ada adalah menghidar dari kewajiban untuk mengurusi dan mengayomi. Dan mereka memposisikan bahwa keluhan rakyat adalah keluhan bau bangkai yang menganga yang harus di hindari atau bahkan di jauhi seraya menutup hidup dan memejamkan mata karena sungkan untuk melihat dan merasakan.

Lagi dan lagi, kita harus bersabar untuk berharap dan menunggu datangnya dan adanya pemimpin yang mempunyai: Kredibilitasnya, Personalitasnya, Integritasnya, Profesionalitasnya, dan Loyalitasnya hanya untuk di dedikasikan kepentingan rakyatnya, bukan kepentingan individu atau bahkan golongan, lagi dan lagi kita harus menunggu datangnya pemimpin yang tak gemar mengiklankan diri untuk membangun pencitraan, lagi dan lagi kita harus berdoa bahwa pemimpin itu masih ada untuk kita, membela untuk berjuang kita, bertanggung jawab untuk kita sebagai rakyatnya yang telah memilih. kita sudah muak dengan adanya pemimpi macan ompong yang hanya diam ketika ada sebuah gertakan, kita sudah muak pemimpin yang berbicara bak layaknya diplomat dengan mengkhiaskan permasalahn menadjadi perumpamaan, dan sekali lagi kita sadar dan tak butuh pemimpin yang jual asesoris pencitraan, yang kita butuhkan adalah pemimpin yang butuh pengorbanan bukan tuli ataupun bisu bukan bukan pula buta atau acuh menyapa, yang kita butuhkan adalah pemimpin yang mau mendengar dan mau bertindak.

Semoga masih ada.... 


By: daripenulisuntukberbagi...

0 komentar:

Post a Comment

Koementar yang tertinggal akan membuat web/blogmu semakin punya trafic tinggi