31/05/2012

Dari "0" Cerita



Sayap patah terjatuh dalam pusaran nadi, membawa sisa peluh penuh duka diantara  dua dunia dalam  satu meja, dan di  antara satu keinginan dalam kubangan pikiran, aku berdiri menunggu sosok yang akan menjadi peng-akhir dari cerita perjalananku, karena saat-saat aku mencari dan menemukan tak bisa aku miliki, dan tak bisa aku rengkuh, kini setelah sekian lama itu lahir dan datang kembali aku datang menghampiri  membuat lembaran cerita yang terasa seakan seperti pertama, berjalan beriringan di hiasi bunga cerita dunia tentang mimpi yang sama bahwa aku punya satu tujuan dan kenginan yang sama bentuk dan jenis untuk di jadikan satu ukuran kisah roman-roman dunia percintaan.

Tuhan tidak pernah tertidur seperti dalam firmannya, karen Tuhan melihat tentang seberapa jauh aku melangkah dan seberapa kuat harapanku, serta seberapa tegapnya aku berdiri menengadah ke atas mengacuhkan sindiran-sindiran di antara kaki yang sedang mengayun berjalan ke arah yang pasti.

Sayap patah telah kembali tumbuh seiring cerita kembalinya dia pada diri ini, karena dunia yang dulu suram telah di sinarkan oleh kata sapa menjadi sebuah berita tentang adanya cinta dari dirinya, oh dunia haru biru, dulu aku membisu melihat dirinya dalam pesta yang membuat mata tergenang oleh meluapnya lautan kesedihan, kegelisahan dan kebimbangan, karena satu cerita yang mulai terbina harus hancur seketika oleh lembaran-lembran kabar tentang adanya sebuah kemewahan meriahnya pesta satu hari yang sudah pasti akan mengugurkan mimpi-mimpi. 

Satu hari berlalu membuat deretan bunga-bunga mawar di halaman rumahku terbawa hitam seperti hitamnya suasana hatiku waktu itu, dunia seakan terbanjiri air yang mendidih karena panas yang membara yang tergugah oleh rindu yang berserakan dan hancur berantakan, oh Tuhan dunia raja para manusia tentu jika kau ijinkan hati untuk melukiskan, tentu kuasamu terasa sangat istimewa karena sesuatu yang tak mampu di bendung akan terlihat olehnya bahwa dunia yang kumiliki pada masanya serasa getir dan menyesakkan dada, membutakan dan mengikhlaskan di antara keduanya tentulah saling bertentangan, dan butuh perenungan serta pengingkaran akan kehendakmu, serta butuh waktu pula bagiku hingga hari ini untuk lepas dari bayang-bayang masa itu, waktu yang begitu sulit benak ini untuk menghapus rasa pilu yang sudah seperti kerasnya batu.

0 komentar:

Post a Comment

Koementar yang tertinggal akan membuat web/blogmu semakin punya trafic tinggi