01/10/2012

Pengingat

Setiap pertemuan
Memepersilahkan kami
Untuk menatap lebih lama
Tentang keadaan satu sama lainnya

Dan di setiap pertemuan
Membawa kami dalam banyak pilihan
Antara kebahagiaan dan kesediahan

Kami di persilahkan, ….
dan kami di beri Keleluasaan …..

Untuk bercerita tentang sebuah keharusan
Bahwa di setiap pertemuan ada begitu banyak kata sapa
untuk menjadi sebuah candaan dan pelajaran sebagai hiburan
dari nilai kesabaran

Dan dalam pertemuan-pun
sesekali kami mempersilahkan
Sebuah  kegaduhan menyapa kami
Sebuah kegaduhan cerita yang membawa sedih dan amarah
yang membuat kami ikut terbawa dalam suasana

Tapi kami yakin bahwa di setiap pertemuan membawa kami
Lebih tahu makna dan hakikat sebuah hubungan yang di iringi perasaan

Bahwa dalam kemesraan yang tercipta ada celah
Untuk kami menyadari bahwa kami ada karena”Dia”
Yang menakdirkannya ….

Sebuah renungan
Sebuah pelajaran
Dan sebuah pengingat
Bahwa dalam perjalanan ini 
ada sebuah kewajaran dan ketidak wajaran
Bahwa dalam perjalanan ini 
ada pembiaran misteri yang mungkin hanya milik kami

Namun demikian,
Bahwa dalam perjalanan ini haruslah tetap punya tujuan
Karena kami sadari bahwa kami ada karena “Dia” yang mencipta
Bahwa kami ada karena ketidak sengajaan berjumpa 
Dan bahwa kami ada karena memang saling mencinta …

-Kiel | Jakarta, 18 Juli 2012


Akhir Penantian

Linangan air mata akhiri cerita sendu
Yang tertatih di masa lalu
Tanpa bisa tertahan karna buaian
Perasaan yang masih menjadi pertanyaan

Sebuah pertanyaan yang dulu
Masih menjadi duri bagi kami
Dan bagi semua yang mengenal kami

Namun, kini semua seakan
Terjawab, oleh ijab, oleh doa
dan oleh tatapan bahagia
di antara yang memandangi kami
dan yang menjadi harapan jembatan
Untu kami menyatukan mimpi
Tentang hati dan keinginan yang Insya Alloh sudah dan akan ter amini
Oleh saksi dan handai taulani

Dan seperti setiap kata cinta
yang begitu punya makna Untuk di maknai,
dan mampu membuat perumpamaan
Yang  mengais-ngaiskan harapan akan setiap keadaan
Yang bisa menjadi sebuah pertaruhan tentang sesuatu kebenaran
Bahwa adanya sebuah cinta sejati bukan mustahil untuk dimiliki 

-Kiel | Jakarta, 18 Juli 2012

08/09/2012

Petitioning Presiden Republik Indonesia

Petitioning Presiden Republik Indonesia

Oleh : Tubagus Airief Aditya

31 Juli lalu KPK menyita barang-barang bukti korupsi alat simulator di Korps Lalulintas Polri. Petugas polisi dan KPK bersitegang saat penyitaan. Petugas KPK terkunci, tak dibolehkan membawa barang bukti. Dari bukti itulah KPK menetapkan dua perwira berpangkat jenderal sebagai tersangka; Irjen Djoko Susilo, bekas Kakorlantas Polri dan Brigjen Didik Purnomo (Wakil Kakorlantas Polri).

Inilah yang membuat tokoh anti korupsi dan pegiat civil society memprakarsai sebuah petisi menuntut agar Polri menyerahkan kasus korupsi alat simulator ke KPK.

Mereka dimotori oleh Anita Wahid, (putri Gus Dur) dan Teten Masduki, serta Benny Susetyo (budayawan), dan didukung ahli hukum pidana terkemuka Yenti Garnasih (Universitas Trisakti), mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh, penasehat Jaksa Agung Chairul Imam, ibu rumah tangga peduli anti korupsi Rebecca Gultom, Sri Palupi (ECOSOC), Bambang Widodo Umar (pengajar UI), Zumrotin K Susilo, Fadjroel Rachman, Todung Mulya Lubis, Asep Rahmat Fajar, pakar komunikasi politik Effendi Gazali (UI), Radar Panca Dahana (Budayawan), Taufik Basari, dan Donal Fariz (ICW).

Harapannya Polri menjadi terbuka tanpa ikut menangani korupsi simulator SIM yang ditangani KPK. Itu akan menjamin tak adanya peluang intervensi. Apalagi kasus ini sudah ditangani KPK. Jika dilanjutkan, kata mereka, Kepolisian jelas menabrak hukum.

Selain dua perwira polisi, tersangka lainnya; Budi Susanto (Dirut PT Citra Mandiri Metalindo Abadi) dan Sukotjo S Bambang (Dirut PT Inovasi Teknologi Indonesia). Di luar dugaan Bareskrim tetapkan 5 tersangka kasus yang sama; Brigjen Didik Purnomo, AKBP TR Teddy Rusmawan (Ketua Pengadaan), Sukotjo Bambang, Budi Susanto, serta Kompol L. Jika dicermati, 3 dari 5 tersangka baru itu sebelumnya telah ditetapkan KPK. Polri mengklaim sudah beritahu Kejaksaan Agung pada 1 Agustus, waktu yang berdekatan dengan kejadian penyitaan di atas.

Kita berharap Polri mau mengintrospeksi diri dengan menempatkan dirinya sama dan setara di hadapan hukum. Jika menghalangi, maka slogan antikorupsi Polri hanya jadi pepesan kosong. Bersama sejumlah kalangan yang peduli pemberantasan korupsi, para petisioner ini meminta Presiden mengintruksikan Kepala Kepolisian RI dan Jaksa Agung RI agar menyerahkan sekaligus mempercayakan penyidikan kasus ini kepada KPK. Pernyataan Jaksa Agung Basrief Arief yang menyatakan bahwa KPK berhak menyidik kasus ini sesuai UU sudah sangat tepat dan tinggal diwujudkan dalam tindakan nyata.

07/08/2012

Simiskin Didadu

Badan Pusat Statistik menjadi corong klaim tentang berkurangnya jumlah total kemiskinan, opini ini tidak akan serta merta menjelaskan soal deretan angka jumlah masyarakat antara yang miskin dan sejahtera, karena jelas sudah diberita tergambar berapa jumlah angka kemiskinan yang terus berkurang walupun fakta di lapangan bahwa sesungguhnya kemiskinan semakin merajalela, BPS hanyalah lembaga di bawah kendali presiden, yang mana seluruhnya pengangkatan seorang pemimpin di pilih dan di angkat oleh presiden melalui mekanisme persetujuan DPR, ada kencederungan setiap tahun dan setiap berganti presiden angka-angka tentang simiskin terus berkurang, setiap itu juga angka kemiskinan tidak serta memperlihatkan dengan tegas dan jelas dalam laporannya kepada presiden dan DPR bahwa angka kemiskinan bertambah atau tetap stabil, nyata-nyata fakta yang terjadi adalah berlawanan dengan keadaan sesungguhnya, kalau di runut-runut jika memang kemiskinan selalu berkurang di setiap pergantian tahun atau presiden tentulah kita tidak akan melihat atau jarang melihat seorang pengemis mengais rejeki dengan menyanyikan lagu sumbangnya atau mengharap belas kasihan di jalur-jalur vital seperti lampu merah, dan menengadahkan wajah memelas di trotoar-trotoar jalan, namun kita harus mengakui bahwa kenyataan yang terjadi justru semakin bertambah kian harinya, apakah ini sesungguhnya, apakah data jumlah kemiskinan yang di buat adalah untuk memenuhi dan memuaskan hasrat sang pemimpin eksekutif dalam hal ini presiden, entalah namun kita tahu setiap data yang tergambar jelas membuat kita mengerutkan dahi, dan membuat hati kita bekata “benarkan kemiskinan berkurang seperti apa yang mereka katakan ??? ”

Lebih dari beberapa tahun ini kita memperhatikan angka-angka tentang kemiskinan terus berkurang namun seolah jauh dari persoalan angka dan deretan yang terpampang jelas di beberapa media lokal dan nasional, angka tersebut menyuguhkan sebuah pertanyaan besar yang harus di jawab oleh pihak yang mengklaim bahwa angka tersebut adalah valid dan dapat di pertanggung jawabkan, sekali lagi opini ini tidak akan menyebutkan berapa nilai persentase angka kemiskinan antara berkurang dan penetapan angka-angka dari tahuh ke tahun, opini lebih bersandar pada oponi pribadi sebagai masyarakat awam yang mengambil persepsi sesuai dengan pemahaman penulis, sekian angka dan jumlah yang semakin kecil tentang data kemiskinan tetap pada dasarnya tidak akan membuat masyarakat atau kita tersenyum lebar, karena pada intinya masyarakat cerdas tahu tentang kenyataan yang sebenarnya terjadi bukan karena pengaruh media dan terpengaruh informasi lainnya namun lebih kepada merasakan, melihat serta mendengar tentang keadaan rasionl di sekitarnya, bahwa kemiskinan adalah sesuatu yang sensitive dimana antar kebenaran dan kepalsuan bisa di lihat oleh kita sebagai masyarakt Indonesia.

KEMISKINAN DAN SIMISKIN
Membandingkan dari tahun ketahun yang memperlihatkan secara detail tentang laporan-laporan pengurangan jumlah kemiskinan berkurang namun berbau politis tentulah kebenaran dan kepercayaan yang berkembang akan lemah, cobalah tengok survei-survei yang menyajikan kepuasan masyarakat tentang kinerja pemerintah dari tahun ketahun tentang “kepuasan’ maka nilainya adalah normatif atau biasa saja bahkan sesekali kita lihat dari survei yang di beritakan tingkat kepuasan tersebut begitu rendah atau katakanlah nilai persentasi-nya jauh lebih besar tentang ketidak puasannya, hal ini tentu ada konektivitas antar kepuasan dan keadaan sosial yang terjadi di mayasarakat bahwa pada dasarnya antara judul pengurangan kemiskinan yang di rilis Badan pusat statistik dan survei kepuasan masyarat oleh lembaga-lebaga survei independent sangat berlawanan, dan jika memang ada angka kemiskinan berkurang tentulah survei yang menyajikan persentase tentang “apakah masyarakat puas dengan kinerja pemerintah” maka nilai persentasenya harus lebih tinggi dan jauh melebihi nilai persentase tentang pengurangan kemiskinan.

Sebenarnya apakah memang data yang valid ataukah  mereka yang miskin hati nuraninya sehingga tidak berani melaporkan dan memberitakan atau sekedar merilis ke media, bahwa kemiskinan di Indonesia begitu besar jumlahnya, ataukah mereka takut atau merasa ingin berbalas budi karena sudah mengangkat mereka sebagai pemimpin dari badan tersebut dan hendak menggembirakan sang presiden dengan jumlah-jumlah palsu tentang bertambah dan meningkatnya masyarakt sejahtera.

Apalah artinya jika deretan angka yang menjadi ciri khas dari lembaga yang merilis tentang pengurangan kemiskinan hanya berpijak pada orientasi untuk kepuasan pemimpinya demi alasan kelise menyenangkan hati sang presiden dan berbau carmu (carimuka), tentulah integritas lembaga tersebut mejadi pertaruhan besar, dan berakibat karma, siapapun kelak dan oleh siapapun lembaga tersebut di pimpin bahkan oleh seorang yang benar-benar professional dan mampu di percaya oleh masyarakt, jika sistem yang tercipta dari tahun ke tahun hanya untuk memenuhi dan menutupi kekurangan lembaga dan bhkan presiden dalam hal ini kepala pemerintah tidak akan mampu merubah persepsi publik bahwa setiap angka pengurangan kemiskinan yang dirilis selalu akan menimbulkan kecurigaan, apakah benar, bohong, atau fiktif laporan-laporan tersebut bisa di percaya. Ataukah benar bahwa laporan tersebut untuk menutupi kegagalan dalam menjalankan roda pemerintahan karena pada dasarnya kegagalan bawahan (kementerian/Lembaga) adalah kegagalan seorang presiden juga.

Jika sudah seperti itu maka selayaknya nama Badan Pusat Statistik akan berganti julukan menjadi Badan Pusat Simiskin dengan sendirinya, dan seseorang pimpinan baik itu kepala badan pusat simiskin dan presiden yang menjadi tempat pertanggung jawaban tidak akan mampu merubah image dan citra buruk lembaga tersebut di kemudian harinya, jika sudah seperti ini siapakah yang patut di persalahkan, presiden, kepala badan pusat simiskin atau kita sebagai rakyat yang mengamati tentang angka-angka kemiskinan yang selalu berlawanan arah dengan kenyataan. 

18/07/2012

Refleksi Demokrasi


REFLEKSI DEMOKRASI 
Oleh | Tubagus Arif Aditiya
Hampir 10 tahun semenjak reformasi dijadikan alternatif terakhir untuk menamatkan "birokrasi aristokrat" Orde Baru yang mengakar selama 32 tahun. Pada saat itu, ribuan masyarakat dari berbagai elemen bersatu membentuk barisan ideologis dengan satu tujuan : perubahan.

Waktu itu, tahun 1998, ibu saya pernah bilang bahwa mungkin pasca reformasi negara kita akan lebih menghargai demokrasi. saya baru duduk di kelas 3 SMP dan lebih tertarik untuk mengetahui pemenang Final piala dunia '98. Demokrasi bahkan terasa asing di telinga.

SMA, baru saya dikenalkan pada demokrasi, sebuah paham "tengah-tengah" antara Diktatorisme dan Liberalisme, paham yang menyatakan kekuasaan berada di tangan rakyat. dan Amerika sebagai negara yang memperkenalkannya. Namun memang tidak ada satu sumber pun-yang pernah saya baca- yang menggambarkan formula bernegara ala demokrasi yang standar. sehingga, mungkin, setiap negara berdemokrasi dengan interprestasi sendiri. 

Oke, reformasi telah melahirkan 4 Presiden (Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY) dalam jangka waktu 10 tahun. mungkin ini manifestasi demokrasi yang real,..no problems, masih bisa diterima, seperti layaknya klub sepakbola yang bisa gonta-ganti pelatih ketika tim nya tidak kunjung sukses. 
Pemilu diikuti oleh lebih dari 40 partai??
Oh ya, kita bukan ORBA kan? yang hanya mengenal 3 partai dan pemenangnya itu-itu juga...
sistem multipartai boleh lah sebagai manifestasi lain dari demokrasi..
Selain itu bergesernya kekuasaan eksekutif ke legislatif pun menunjukan ada di tangan siapa kekuasaan itu sebenarnya..

Tapi ada hal yang agak membuat saya mengerutkan kening...

Apakah demokrasi berarti melegalkan aksi anarkisme?

Semenjak tumbangnya rezim ORBA, para aktivis yang selama ini bungkam tiba-tiba mendapatkan angin untuk bersuara dan berekspresi, hal itu wajar adanya, karena itu merupakan cermin demokrasi berjalan.., tapi ada perbedaan bukan antara "kebebasan" dengan "kebablasan"

untuk mendukung pendapat saya, coba kita nyalakan tv dan lihat setiap harinya ada berapa Demo yang berakhir ricuh, tampaknya demo jika tidak ricuh maka bukan demo...
terutama mahasiswa, saya merindukan saat-saat mahasiswa berani berdialog dalam kerangka ilmiah dan bersuara dengan tujuan membangun, 
saya tak bisa membedakan antara preman dengan mahasiswa saat ini, demonstrasi yang diselingi kericuhan, perkelahian dan segala macam kekerasan kerap terjadi dan sayangnya dilakukan oleh barisan ber-almamater yang seharusnya menjadi role model bagi masyarakat, dan seringkali demonstrasi itu tidak didasari pengetahuan akan objek yang akan ditentang...

namun mungkin itulah demokrasi bagi mahasiswa, berani bersuara, tanpa fakta dan berakhir ricuh, lalu apa selanjutnya?
idealisme yang cerdas sudah menjadi barang langka...padahal banyak jalan menuju perubahan. toh buktinya aksi anarkisme itu tidak berdampak apapun, kecuali pandangan negatif dari masyarakat.

Ini merupakan pemahaman prematur yang akhirnya merekonstruksi keadaan sosial, tampaknya setiap hal bisa dijadikan bahan demonstrasi, bahkan hal-hal yang sesungguhnya tidak esensial.

Lucu jika melihat kondisi itu, tapi inilah potret demokrasi di Indonesia yang diterjemahkan secara mentah..

Dalam sebuah forum diskusi, saya pernah mengatakan bahwa reformasi merupakan sebuah rekaya sosial untuk mencapai status quo. Saya mencontohkan begini. "reformasi berarti demokrasi, demokrasi berarti demonstrasi, demonstrasi berakibat meningkatnya eskalasi politik dan berujung pada penerapan status darurat, militer mengambil alih dan kita kembali dipimpin rezim"

Setidaknya ada yang berubah biarpun destruktif..
Setuju???

Heart Note

HEART NOTE
Oleh | Tubagus Arif Aditiya

Bagaimana rasanya jika kita lebih sering kehilangan sesuatu daripada mendapatkan sesuatu? kadang keputusan seseorang mampu merubah hidup seseorang seumur hidupnya, namun ketika penyesalan itu hanya berbuah kesia-siaan maka yang terjadi justru adalah bentuk penerimaan yang dipaksakan terhadap realitas. ketika hidup harus terus tumbuh tanpa bimibingan, maka kita kehilangan Tuhan, namun bagaimana jika itulah realitas yang terjadi? 
I have no distance left to Run... 

Revolution

REVOLUTION
oleh | Tubagus Arif Aditya

Democracy was just the way to keep people in confusing situation and protect status Quo..
he have no option instead follow the rule of game which has been made by people who think they are the survivor..
------------ the rule to make us keep stupid and put bullet in our head---------------

12/07/2012

Kedelai & Keledai

Miris sekali rasanya di negeri yang begitu subur dengan ke anekaragaman hasil pangan, lagi-lagi Indonesia harus malu menjadi negara  penerima inpor kedelai dari negara sekaliber Amerika, sebuah fakta yang ironi di tengah kehidupan rakyat Indonesia yang terkenal sebagai negeri pangan dunia karena program dan keadaan alam yang mendukung sebagai negeri panggilan penghasil pertanian asia terbesar, dekade era orde baru Indonesia di sebut sebagai negara Macan Asia yang berkonotasi lebih kepada hal sandang pangan, di mana Indonesia mampu beswasembada beras yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa ini menuju puncak ke masyuran. Menilik ke masa-masa orde baru, Indonesia mampu menjadi negara yang tak pernah kekurangan dalam masalah hasil pertanian, pernahkah kita sesering mungkin di era di mana orde baru berkuasa Indonesia kekurangan stok pangan ???

Indonesia yang kaya akan slogan sebagai negara subur kini menjadi negara ironi di antara yang tak pasti, ironi sebagai negara makmur yang sering di elu-elukan sebagai negara kaya hasil bumi namun tak pasti hasilnya seperti apa dan bagaimana, karena kenyataanya kita menghamba kedelai kepada negara superpower dan sekaliber Amerika yang lebih terkenal sebagai slogan negara imprealis dan negara multiras dalam hal budaya dan negara ekonomi paling maju dalam hal slogan sebagai negara finansial modern, namun semua itu berbalik, sebuah negara yang lebih terkenal ke arah yang jauh 180 derajat berbeda dengan negara kita Indonesia yang nyata-nyata dan ramai-ramai di berita Indonesia sebagai negara penghasil pangan pertanian, sesuatu yang tak dapat di percaya bahwa kita menghambakan pangan kita di bawah kaki mereka (Amerika), apakah anda percaya lebih dari separuh hasil pertanian kedelai kita di peroleh atau di inpor dari negara Amerika, sesuatu yang mustahil untuk kita percayai dan jarang kita mendengar sebuah negara adidaya memproduksi kedelai, rupanya Amerika bukan saja menjadi negara hebat dalam hal ekonomi, budaya, persenjataan, teknologi, namun kini Amerika terkenal juga sebagai negara penghasil kedelai yang rata-rata lebih tersohor bahwa kedelai adalah hasil bumi hanya berada dan di tanam dan berada di wilayah bersuhu tropis di seperti seperti Indonesia, Amerika kini menjadi negara baru dalam dunia imprealisme kedelai dan kita lagi-lagi menjadi sebuah negara yang penuh dengan julukan dan keadaan yang alam yang mendukung namun tak mampu menggunakan semua kemampuan yang ada untuk di gunakan semestinya. 

Hanya manusia-manusia bodoh yang mempunyai lahan pertanian yang begitu kaya dan terkenal sebagai negeri sandang pangan namun tak mampu menjadikan kesempatan dan kebanggaan yang dimiliki untuk benar-benar di buktikan bahwa apa yang di miliki cukup untuk menjamin akan sebuah kata tentang ketersedian dan kesejahteraan bagi pemilikynya dan rakyatnya, sebuah fakta ironi antara kita dan Amerika, Amerika sebagai negara yang terkenal ke arah yang berlawanan nyata-nyatanya, ternyata kita (Indonesia) yang terkenal sebagai negara negerinya petani, ternyata kita penghamba kedelai dari negeri paman sam nan jauh di ujung sebrang, kapan-kah kita belajar menyadari bahwa apa yang menjadi sebutan dan sanjuangan kepada Indonesia sebagai negara pangan bisa sesuai dengan trademark-nya Indonesia, dan belajar mengenal akan slogan yang sering menjadi brand dalam tren tatanan sosial media kita, segera-lah kita mengambil langkah besar dengan membuktikan kembali bahwa Indonesia layak dan sangat layak menjadi negara dengan sebutan sebagai negara penghasil pangan pertanian tersebut, bukan dengan membiarkan diri seperti keledai yang harus beberapa kali merasakan pembodohan terhadap dirinya sendiri.

Pemerintah dalam hal ini birokrasi juga berperan penting akan nasib para petani, selain cukong dan tengkulak yang sewenang-wenang menaik-turunkan harga, memonopoli harga tanpa mengindahkan akan kebutuhan para petani kedelai dan produsen hasil olahan dari kedelai, mereka para cukong dan tengkulak lebih berorientasi mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan hasil bumi sejenis kedelai untuk hasil olahan yang bersifat sekuder. Bagi kalangan petani dan rakyat kecil lainnya, para cukong, tengkulak dan antek perorientasi keuntungan ini lebih nyaman bertransaksi dengan mereka pemilik pabrik kecap dan hasil olahan lainnya di luar Tempe sebagai jajanan dan kebutuhan lauk pauk rakyat kecil dimana tempe menjadi kebutuhan primer, "mereka" para perorientasi keuntungan lebih mengkompromikan kelas menengah sebagai penikmat hasil pabrikan bukan memprioritaskan rakyat penikmat pabrikan kecil sperti Tempe yang menjadi kebutuhan primer bagi rakyat kecil. Sadar atau tidak, para perorientasi keuntungan ini mengabaikan hak-hak dasar akan kebutuhan manusia Indonesia lainnya yang mempunya status sosial sebagai konsumen dan pecandu Tempe, sepelik apapun berbicara masalah keuntungan sesungguhnya kita tahu penikmat dan peminat Tempe bukanlah kalangan kelas bawah saja, tetapi di luar itu semua, kita dan bangsa Indonesia di berbagai penjuru tanah air mulai dari seorang Presiden, Menteri, Akandemisi, dan Profesionlis mengatakan bahwa sesungguhnya Tempe adalah kebutuhan yang sesekali wajib di konsumsi bagi mereka yang tak pernah atau jarang sekali mencicipi, tidak perlu di ragukan tantang masalah gizi yang ada pada Tempe, dari rekomendasi sang yang sudah di sebutkan tadi, dari tahun-ketahun pun jelas, Tempe bukanlah makanan asing dan sembarangan, selain gizi yang terkandung di dalamnya, dalam rekatan kedelai yang terbungkus dan membentuk serta manghasilkan rasa, ada benih-benih perjuangan para petani kita yang tetap dengan gigih sekuat tenaga membudayakan Tempe sebagai budaya asli hasil bagian dari olahan pangan Indonesia dan merupakan bagian dari sekedar peneman makan di meja.

Hanya manusia Keledai yang mempermainkan harga kedelai dan menghambakan kedelai kepada Negara Amerika yang jauh sangat bertolak belakang dengan slogannya sebagai negara imprealis, sesuatu yang memalukan dan mungkin bagi kalangan awam di pedesaan bahwa ternyata separuh kedelai kita hasil inpor dari Amerika.

Ketika sebuah negara imprealis Amerika mengalami musim panas kita menjadi gusar, cemas dan gelisah di buatnya karena kita mengantukan separuh pasokan Tempe kepada negara yang bertolak belakang, kita menjadi khawatir dan teriak-teriak dimana-mna ketika separoh pasokan Tempe tersendat karena sang adikuasa sibuk dengan politik perangnya, akan-kah kita tetap menjadi negara yang mengharapkan pasokan segala-galanya dari Amerika selain persenjataan, dan ekonomi ??

HARAPAN AKAN KEDELAI
Semoga esok kelak negeri ini tidak sampai parah mengharapkan pasokan yang sudah menjadi hasil dari kedelai tersebut seperti Tempe, Oncom, dan Tahu yang menjadi ciri khas dan urat nadi terakhir masyarakat Indonesia. Semoga pula Kementerian Pertanian, Perdagangan, UKM dan Bulog serta lembaga lainnya menjadi jembatan bagi petani Indonesia untuk bisa berkembang menjadi lebih baik bukan dengan terus beretorika dan membatah akan kegagalannya menjadi pengayom petani, semoga pula Kementerian dan lembaga tersebut menjadi pembantu ikhlas untuk membantu para petani kita di masa paceklik kedelai ini, untuk benar-benar sementara waktu walaupun jangka pendek, memberi jalan terbaik bagi petani kedelai dan produsen Tempe agar tetap bertahan dalam segala keadaan terlebih di saat sekarang ini dimana kita kekurangan jumlah produksi Kedelai sebagai bahan dasar adanya Tempe dan hasil sejenis lainnya, data dari beberapa sumber yang di peroleh setelah di tahun 2010 produksi kedelai kita lebih menurun di tahun 2012 ini, harapan kedepan Kementerian dan Lembaga yang mengurusi masalah logistic dan hasil pertanian, dan oknum-oknum di bawahnya yang tidak bertanggung hawab tidak menjadi cukong yang memonopili harga sedmikian rupa demi keuntungan sesaat, dan kepada Presiden pula akhirnya opini ini di alamatkan semoga kiranya pemimpin kita mampu memberi gebrakan yang berarti membuat inovasi dengan memerintahkan Kementerian dan Lembaga-lembaga di bawahnya, khususnya yang mengurusi persoalan pangan hasil pertanian yang menjadi nyawa bagi harapan bagi sebagian masyarakat Indonesia agar sesegera mungkin membuat terobosan maha penuh karya dalam hal pertanian untuk melawan dominasi Amerika di segala aspek perekonomian khususnya stok kebutuhan petanian dan produsen kecil Indonesia untuk sesegera mungkin mengakhirinya dengan swasembada kedelai di tahun-tahun mendatang dan tidak menjadi keledai karena masalah kedelai yang harus menelan pil pahit untuk kesekian kalinya dengan masalah pasokan setalah kasus inpor beras dari Vietnam dan thailand, jika kita tetap berharap dan bergantung pada Amerika apakah kita sanggup kelak suatu masa bukan saja kedelai tapi hasil dari kedelai seperti Tempe, Oncom, dan Tahu dan produk masyarakat yang di hasilkan dair olahan kedelai dan sejenisnya di pasok dari Amerika juga, semoga saja tidak.

27/06/2012

Aku


Aku bukan manusia yang istimewa
dalam bacaanmu, pandangan dan obrolanmu,
aku hanya manusia yang sedang atau tidak sedang kau cari
keadaan dan kehidupanku
tak jauh dari sesederhananya kehidupan ini

hidupku akan senantiasa berjalan
mengikuti alur waktu yang senantiasa cepat berlalu
dan ke istimewaanku ada pada pendapatku
dimana aku menginginkan
sesuatu yang tak jauh dari manusia lainya
yaitu menjadi manusia terbaik sepanjang hidupku
dan orang-orang di sekitarku

Aku Apa dan Siapa



Mengingatmu adalah anugrah
tetapi jika apa yang teringat diam membisu
seperti apakah diriku kelak ...

di saat malam se-usai senja yang tertinggal
aku melamun dalam sepinya kesendirian
seperti ada sesuatu yang hilang
ketika semua terasa jauh dari apa di inginkan

aku manusia bukan dewa ...
yang menerawang jauh kearah tempat kau berada
aku manusia bukan raja ...
yang duduk dalam singasana
untuk dan dengan setia menunggu kabar berita

maka aku adalah aku ...
seperti manusia lainnya
yang ketika duduk merindukan belahan jiwa jauh di ujung sana
hanya bersandarkan pada harapan 
akan kebaikan, ketenangan dan tidak ingin di kuasai rasa kecemasan
dan ...karena aku manusia biasa
maka apa yang kurasakan adalah sebuah keadaan tentang keterbatasan

31/05/2012

Dari "0" Cerita



Sayap patah terjatuh dalam pusaran nadi, membawa sisa peluh penuh duka diantara  dua dunia dalam  satu meja, dan di  antara satu keinginan dalam kubangan pikiran, aku berdiri menunggu sosok yang akan menjadi peng-akhir dari cerita perjalananku, karena saat-saat aku mencari dan menemukan tak bisa aku miliki, dan tak bisa aku rengkuh, kini setelah sekian lama itu lahir dan datang kembali aku datang menghampiri  membuat lembaran cerita yang terasa seakan seperti pertama, berjalan beriringan di hiasi bunga cerita dunia tentang mimpi yang sama bahwa aku punya satu tujuan dan kenginan yang sama bentuk dan jenis untuk di jadikan satu ukuran kisah roman-roman dunia percintaan.

Tuhan tidak pernah tertidur seperti dalam firmannya, karen Tuhan melihat tentang seberapa jauh aku melangkah dan seberapa kuat harapanku, serta seberapa tegapnya aku berdiri menengadah ke atas mengacuhkan sindiran-sindiran di antara kaki yang sedang mengayun berjalan ke arah yang pasti.

Sayap patah telah kembali tumbuh seiring cerita kembalinya dia pada diri ini, karena dunia yang dulu suram telah di sinarkan oleh kata sapa menjadi sebuah berita tentang adanya cinta dari dirinya, oh dunia haru biru, dulu aku membisu melihat dirinya dalam pesta yang membuat mata tergenang oleh meluapnya lautan kesedihan, kegelisahan dan kebimbangan, karena satu cerita yang mulai terbina harus hancur seketika oleh lembaran-lembran kabar tentang adanya sebuah kemewahan meriahnya pesta satu hari yang sudah pasti akan mengugurkan mimpi-mimpi. 

Satu hari berlalu membuat deretan bunga-bunga mawar di halaman rumahku terbawa hitam seperti hitamnya suasana hatiku waktu itu, dunia seakan terbanjiri air yang mendidih karena panas yang membara yang tergugah oleh rindu yang berserakan dan hancur berantakan, oh Tuhan dunia raja para manusia tentu jika kau ijinkan hati untuk melukiskan, tentu kuasamu terasa sangat istimewa karena sesuatu yang tak mampu di bendung akan terlihat olehnya bahwa dunia yang kumiliki pada masanya serasa getir dan menyesakkan dada, membutakan dan mengikhlaskan di antara keduanya tentulah saling bertentangan, dan butuh perenungan serta pengingkaran akan kehendakmu, serta butuh waktu pula bagiku hingga hari ini untuk lepas dari bayang-bayang masa itu, waktu yang begitu sulit benak ini untuk menghapus rasa pilu yang sudah seperti kerasnya batu.

15/03/2012

Bisu dan Tawa

Wahai penunjuk arah akhir ceritaku
tunjukan aku bahwa biduku adalah dirimu
untuk yang pertama dan terakhir 
dimana aku hidup seorang diri 
yang sedang dan akan mencari ketenangan hati
kelak di hari ini dan akhir masaku


Wahai dunia tempat sandaraku
tetap diam dan jangan berhenti
untuk bersikap seperti apa adanya
karena yang di depan belum tentu seperti kenyataanya


Wahai gadis yang menjadi penyampai
curahan hati ini, tetap yakinkan bahwa dunia takan tenggelam
oleh mereka yang mengingkari adanya dunia karena takdir ilahi


Wahai peneduh amarah jiwa
sabarkan, dengarkan dan rasakan 
ada yang sedang bernyanyi kesana kemari 
mencari pelindung untuk kepuasan sesaat
padahal kelak dirinya akan tersesat

02/03/2012

Antara Dilema dan Hujatan

Ketika sebagian orang berkoar tentang HAM dan eksploitasi anak, mari sejenak kita merenungi bahwa tidak semua orang hidup di atas kemurahan rejeki dari Tuhan dan tidak semua orang hidup dalam bergelimpangan harta atau paling tidak hidup dengan sebuah keadaan yang cukup berada, hari ini aku melihat sebuah cerita yang tayang ditelevisi swasta, aku inisialkan TV tersebut adalah “TT”, pada tayangan yang tayang hari Senin tanggal 27 Februari 2012 jam 17:30, dan dalam tayangan yang berlokasi di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat, seorang anak bernama “Andri yang harus bergelut dengan dunia yang tak sepantasnya bagi seorang anak di bawah usia 20 tahun, katakanlah usia anak itu masih 10 tahun, bagaimana dia haru bekerja menghidupi seorang ibu dan adiknya, dengan bekerja sebagai tukang memasak dan sekaligus sebagai pembantu kepada seorang juragan ikan, seorang anak yang memang sangat jarang bagi seusianya untuk bekerja, memang masih banyak andri-andri yang lain yang bahkan usia nya lebih muda, bahkan pada sebuah acara berita di statisun tv swasta lainya yang aku lihat, di sulawesi seorang anak perempuan yang usianya di bawah 10 tahun harus hidup berdua dengan ibunya yang sakit-sakitan, miris dan terharu rasanya seorang anak perempuan harus hidup dalam kepayahan dimana sang ibu sakit dan dia tanpa henti melayani ibunya yang kesakitan, sang anak perempuan itu memasakan dan memandikan bahkan menyuapi lebih dari itu dia mencari uang untuk biaya hidup sehari-hari, bahkan terkadang berharap belas kasian dari para tetangganya, untunglah jiwa sosial dari sebagian masyarakat yang berada persis dekat rumah seorang gadis kecil tersebut masih terpelihara, sungguh ironi rasanya di tengah ramainya perbincangan nasional dan internasional tentang pelarangan pekerja anak dan ekspolitasi anak.

Kembali ke bahasan seorang anak, seorang anak prempuan dari sulawesi ini tidak tahu bahwa usianya adalah usia bermain dan belajar, yang dia tahu adalah bagaimana sang ibu tersayang bisa tetap hidup dan berharap adannya kesembuhan walau pada kenyataanya untuk membawa ibunya kerumah sakitpun tidak ada karena bagi seorang anak kecil perempuan dari sulawesi itu dengan polosnya berfikir adalah yang terpenting bagaimana hari ini ibunya bisa makan dan bisa tidur nyenyak dan tetap tersenyum padanya.

Namun hari ini penulis  ingin menggambarkan kembali bagaimana seorang anak yang mungkin ada di antara kita harus berkerja demi menghidupi atau bahkan demi membantu orang tuanya, bahkan dengan kerelaan hati tanpa permintaan dari orang tua, seorang anak yang lahir dari keluarga yang serba kekurangan harus bergelut dengan dunia yang cukup ekstrim bagiku, dimana usia yang seharusnya dinikmati dengan masa sebagai anak-anak harus terlwati dengan hiruk pikuknya kesibukan berkerja dengan orang-orang dewasa. Hal ini jelas sangat bertentangan sekali dengan pemaHAMan sebagain orang, yang mengkapnyekan stop eksploitasi anak dan stop pekerja anak, bahkan di belahan dunia manapun dan di kota manapun yang menghendaki dan bahkan melarang adanya pekerja anak di bawah usia yang semestinya,

Iya memang benar, bahwa seorang anak di bawah usia pekerja sangatlah bertentangan dengan nilai HAM dan kebebasan seorang anak itu sendiri, dimana seorang anak juga punya hak untuk bisa merasakan kebebasannya sebagai anak dan menghabiskan waktu untuk bermain dan belajar serta merasakan bangku sekola layaknya anak-anak yang lain, stop pekerja anak dan stop ekspoitasi anak yang sedang di germborkan dan menjadi jargon dalam beberapa media kampanye dengan tema tindak kekersan anak, tentu hal-hal tersbut sebagai penulis sebenarnya sangat setuju sekali bahwa dimanapun dan darimanapun seorang anak, bagi penulis adalah masa indah yang tentu bukan suatu keharusan namun memang sudah menjadi sebuah kewajaran bahwa seorang anak punya hak untuk mersakan dan menikmati masa indahnya, namun kembali lagi bahwa tidak semua manusia di dunia ini seberuntung dan sebahagia bagi orang yang tidak pernah mersakan hidup dalam kesulitan tentu hal di atas dimana cerita anak harus bekrja tanpa di minta atau bahkan orang tua melarang anak bekreja namun sang anak bergeming untuk tetap bekerja demi keluarganya, tidak bisa di terima dan tidak masuk akal, pertanyaanya apakah jika sebuah kelaurga kecil ada di tengah-tengah kita umpama ada seorang sebuah keluarga dimna hanya ada seorang anak dan seornag ibu yang sakit, apakah setiap waktu kepeduliaan dari kita-kita akan ada, kalaupun ada tentu hal ini tidak sambung-menyambung karena jiwa sosial dalam masyarakat sudah mulai rapuh.

Dan adanya cerita kepedulian sesorang pada keadaan tertentu, tidak bisa di ukur apalagi keadaan tersebut berada dalam kultur sosial masyarakat yang cenderung hidup dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat acuh dan saling sibuk dengan urusaan masing, alasan lainya adalah jikalaupun ada kepeduliaan di tengah-tengah masyarakat tentu keadaan sebuah keluarga kecil dan cerita anak menghidupi orang tuanya sangat jarang tersiar dan terkadang jarak antar kehidup masyarakat yang berjauhan satu dengan yang lainnya, serta cara bersosialisasi minim antar masyarakat, sesuatu yang sulit untuk bisa di gambarkan sepenuhnya dan selengkapnya dalam tulisan ini karena kenyatanya sering di antara kita melihat berita dan cerita seorang anak hidup dalam keadaan dilema dan hidup dalam dunia kelam dimana ia harus berjuang di usia yang tidak semestinya dan berjuang demi sebuah kehidupan sambung menyambung untuk tetap hidup dan bertahan hidup di tengah-tengah ketidak pastian.

Dilema ini seperti sebuah cerita yang terkadang bagi sebagian orang sulit untuk diterima, karena pada kenyataanya yang mereka tahu (bagi orang-orang yang tak pernah merasakan hidup dalam kekurangan) sulit untuk di terima dan hal tersebut terkesan ironi, disisi lain ada seorang anak yang bekerja demi membantu orang tua karena alasan ekonomi dan sisi lain  adapula di sebagian masyarakat, bahwa seorang anak bekerja atas dasar eksploitasi demi keuntungan terntentu, kedua-duanya memang sungguh tidak bisa di terima, namun kita cukup sulit untuk mengatakan adanya ekploitasi bagi seorang anak yang berkerja dengan kerelaan hati dengan niat ingin membantu, namun cukup mudah dan jelas untuk mengatakan salah besar untuk alasan kedua dimana anak di ekploitasi demi keuntungan tertentu, walau pada dasarya kedua-duanya tetaplah pada porsi yang memang benar-benar tidak di benarkan, namun begitulah kenyataanya dimana semua itu bersumber yang tak jauh dari alasan ekonomi, sesuatu yang sulit untuk menghindari hal seperti itu jika kita mampu mengatakan untuk hal sederhana ini, maka jawaban dari segalanya adalah perlu adanya kesejahteraan kepada masyarakat harus di tingkatkan dan pemerataan ekonomi terhadap rakyat kecil harus benar-benar di bangun, baik secara makro/mikro, selaian itu jiwa sosialisme pada masyarakat juga harus di galakan agar rasa kepeduliaan itu tetap ada dan berkembang, dilema di atas hujatan yang memang tak jauh dari alasan ekonomi, maka beruntunglah bagi mereka yang tak pernah merasakan hidup seperti andri-andri lainya dan gadis kecil dari sulawesi, satu hal tentunya janganlah terlalu mendiskreditkan sebuah keluarga yang dimna kekurangan dalam ekonomi sebagai alasan menjadi penyebabnya, walaupun semua itu di atas ketidak benaran karena pengabaian akan hak seorang anak, semua perlu solusi yang baik dan tidak saling menyalahkan atau menyudutkan, solusi yang tepat dan cepat dari pemerintah sebagai pengayom dan pelayan masyarkat adalah yang di harapkan selain itu toleransi sikap peduli sesama antar masyarakat mutlak di perlukan, harapan lainnya pemerintah lebih peduli akan hal kecil seperti ini agar tidak terkesan menjadi sebuah isu yang besar ketika media ramai-ramai menggunjingkan tindak kekerasan terhadap anak-anak. Semoga!! 

25/02/2012

Ibu


Dari raut wajah yang makin terlihat
sosokmu adalah jiwa akan kebesaranmu

Karena sabarmu
karena pengorbananmu
dan karena ketulusan yang beribu-ribu yang engkau
berikan padaku sebagai anakmu

Dan dari pandangan masa lalu 
ketika masa sekolah dulu yang kami rindukan
setiap salam dan cium tangan pagi di masa-masa itu
rindukan kami untuk bangkit dan kembali
merasakan masa-masa ada dalam jangkauanmu
masa-masa indah buat kami sekarang setelah menyadarinya
dan dulu membatahnya

Kini jauh berada
masa itu telah terlewat
masa di setiap pagi dan kemanapun setiap hari
cium taangan dan sapa salam yang di tunjukan itu
berubah menjadi seuatu yang berharga
ketika kami sebagai anakmu tepisah
karma waktu,
karena jarak
karena keadaan yang berubah
karena engkau jauh disana
dan aku disini

Ibu maafkan aku
maafkan atas khilaf dan bantahanku
yang termat sudah melebur menjadi dosa-dosa

Engkau terbaik dan selau menjadi yang terbaik
engkau istiemwa dari apa yang ada di hati ini
engkau tetap tempatku bersandar
tepatku menangis dan mencurahkan
tentang apa yang sebenarnya di inginkan dan dicita-citakan
tempatku berbagi dan bercerita tentang harapan di masa depan


Ibu maafkan aku
ku ingin bersandar dalam dekapanmu
mengucpakan kata maaf kepadamu
sebelum aku kehilanganmu
sebelum aku tak bisa lagi melihatmu
sebelum aku tak bisa lagi merangkul tanganmu
dan sebelum aku kehilangan nasihat-nasihatmu
dan sebelum aku kehilangan tegur sapamu
dan sebelum aku kehilangan semua tentangmu

Ibu maafkan aku
atas dosa dan mengingat bantahan demi bantahan kepadamu
kata demi kata dariku yang tak berkenan terhadapmu
terhadap hati dan pikiranmu
mungkin lebih banyak rasa sakit dari kami sebagai anakmu
di banding rasa bangga terhadap kami

Ibu maafkan aku
aku takut ibu, takut,
takut sekali rasa sakit itu lebih besar di banding rasa bahagia karena bangga
kepada kami sebagai anakmu
terlebih kami yang mungkin belum bisa membuatmu bangga
bahkan sesering mungkin membuatmu menangis karena ulahku sebagai anakmu
yang tak pernah mengindahkan akan nasihat dan tegur sapamu

Ibu maafkan aku
sebelum Alloh memanggilmu
yang tak pernah aku tahu dan manusia tahu
ku ingin engkau memaafkan aku
ku ingin bersujud bersimpuh di kakimu
memohon ampun dan maaf darimu
sebelum aku menyesal menangisi kata demi kata 
yang menyesakan dada dan hatimu
sebelum aku kehilangan pandanganku 
tentangmu dan semua tentangmu ...

Harapan


Dalam ceritaku 
ada sebuah perjalanan panjang
tentang bagaimana aku bisa seperti ini 
atau masa di mana seperti sekarang ini

aku masih dan memang buta tentang khidupan yang akan datang,
namun aku masih saja melangkah dan harus melangkah
karna berharap dan bermimpi akan sesuatu yang berarti
bagiku hari ini sampai ku mati,

setelah sekian lama hampir ku lupa akan waktunya
lahirlah kembali satu kisah drama antara aku dan dirinya.

kini cerita itu berlanjut dan menyapaku kembali ...

dan disini, ....
dalam hidupku, 
pernah kutelusuri 1 jiwa yang penuh makna
namun hilang ntah kemana pada waktu itu, 

dan dari sini pula
aku beranjak bangun dari mimpi2ku yang sempat tertunda

    kini mimpi itu telah datang
    dan aku harus siap menyambutnya dengan keceriaan dan ketulusan 

sesuatu yang tertunda, biasanya lebih meyakinkan ...
karna ia datang dengan suatu pengharapan
bukan dengan paksaan atau bahkan belas asa kasihan
bahkan bukan datang kembali untuk memngingkari

"namun"
datang kembali untuk memberi sesuatu hal yang pasti
pasti, pasti dan pasti ...

akan cinta
akan kasih
akan sayang
akan rindu 
dan akan keinginan
yang berbalas
darinya dan dariku....