30/09/2010

Bendera 1/2 Tiang

“CELOTEH, CANDA ATAU KESERIUSANKU"
Oleh : anunkaseppasundan


Hari ini ku gantungkan sepatu sebagai pertanda bahwa aku sedang berduka, tanpa ku pasangkan sebuah bendera di halaman depan rumahku karena memang di rumahku tak ada tiang untuk memasangkannya, maka sepatu bagiku adalah pengganti sementara dari rasa dukaku, tak ada maksud untuk menyamakan antara sepatu yang kugatung dengan sebuah bendera apalagi itu sebuah bendera yang menjadi lambang dari negaraku. Aku menggantukan sepatuku yang sudah bau terasi dan kusam itu karena merasa bahwa saat itu cuku pantas untuk menggambarkan betapa dukanya hatiku hari ini melihat boom dimana-mana, bukan boom buatan teroris yang terkordinir dan terencana boom ini jauh lebih bahaya dari boom yang biasanya, boom ini dimiliki oleh hampir seluruh penduduk negeri ini. Dan aku melambangkan kedukaanku dengan menggantungkan sepatu sebagai tanda atas keprihatinanku akan tulinya para penguasa di negeri ini.

Banyak yang berasumsi dan berpikir bahwa ini adalah ledakan terakhir karena dari tv banyak komentar dari para penyebar boom bahwa semua akan di usahakan untuk tak terjadi lagi, heheheee aku sich senyum-senyum saja mendengar dan melihat tayangan di tv tadi, bagiku kejadian hari ini adalah rentetan yang akan berkelanjutan, ‘bagaimana mungkin aku bisa sampai berpikir seperti itu kalau bukan tanpa alasan?”” heum…..

Sebenarnhya kejadian hari ini adalah kejadian basi bagiku, semenjak berita tentang ada seorang ibu yang mengantarkan anaknya ke istana untuk meminta pertanggung jawaban dari pemimpin, nach lho kenapa?”” sumber dari media menyebutkan bahwa seorang ibu kesal karena anak semata wayangnya adalah korban dari kebijakan penguasa yang terlalu memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan dampak dan melihat sejauh mana masyarakat kita pintar untuk bisa cepat memahami program dan penggunaan benda yang kusebut sebagai boom itu, hah” sekali lagi kita harus berduka karena setelah kejadian anak yang terkena ledakan tersebut di lain waktu ada lagi yang menjadi korban, selang beberapa hari ternyata dugaanku benar” betul saja sebuah harian Koran nasional memberitakan bahwa satu rumah dan hamper saja satu keluarga tewas tertimpa atap rumah di beritakan para korban luka hamper tertimpa bangunan yang roboh karena adanya ledakan dari sebuah kompor yang katanya lebih canggih dari minyak tanah” oya”,… emang sich canggih tinggal di putar langsung nyala selain itu ga terlalu ribeut karena cukup praktis, itu sich katanya?” yach aku lihat juga bentuknya cukup imut dan lucu, para pembuat kebijakn bilang beratnya katanya hanya 3kg, tapi  ketika aku angkat sepertinya banyak kurangnya, Hah! aku berfikir bahwa Penguasa sudah menjadi anggota dalam dunia kebohongan. 


Aku bisa saja menggatungkan bendera setengah tiang bahkan setengahnya bisa lebih tinggi dari bukan bendera setengah tiang bila yang keduakaanku adalah tentang meninggalnya beribu rakyat korban ledakan boom si imut 3kg. dan aku lebih merasa berduka saat kulihat rakyat yang menjadi korban dari kebijakan yang di paksakan, daripada harus berduka pada penguasa yang meninggal dunia tetapi tak pernah memikirkan keluhan rakyat saat dimana ia mempimpin dengan ke sombongannya memelihara sifat acuh. Dan kejadian hari akhir-akhir ini sama persisnyha dengan pemimpin yang sudah mati isi hatinya, bahkan berkali-kali demo dimana-mana meminta program kebijakan konversi ini untuk di hentikan, tetapi kegelapan yang menyelimuti para penguasa ini telah menutup atas segala fakta yang terjadi di lapangan heum…

Yach namanya juga anjing menggonggong kafilah berlalu kebijakan ya kebijakan korban ya korban, buat penguasa semua bisa di atur tinggal di beritakan saja “bahwa semua sudah untuk mengurangi subsidi” beres dech urusan, yang pentingkan tenang untuk sementara waktu dari pada pusing menanggapi rakyat yang terus mengeluh, (kilah peguasa)””. Duka dan tangis dimana rakyat jadi korban dan meninggal sia-sia karena ulah konversi yang di paksakan, belum beres satu berita sudah ada lagi berita di radio terjadi ledakan dan korban 1 orang meninggal akibat si bentuk imut 3kg. “ya Tuhan”… sampai kapankah akan terus berulang, rasa-rasanya makin gerah saja badan ini mendenngar berita dimana-mana tentang korban ledakan, lebih gerah dan membuat  aku panas adalah  yang membuat kebijakan cuma bisa ngomong dan menyalahkan “tolong bawahan di realisasikan lagi cara penggunaannya”, dan si pembuat tabung imut 3kg juga sama sekali hilang muka alias dalam artian hilang malu.

Ketika satu peristiwa terjadi untuk kesekian kalinya,  maka rencana untuk beriklan tentang sebuah realisasipun mulai di lakukan lagi dan kampanye bahwa semua harus sesuai prosedur pemasangan ramai menghiasi sarapan pagi dalam sebuah berita, dan ketika berita ledakan itu redup sekonyong-konyong redup pula pemberitaan tentang iklan realisasi, begitulah cerita klise di negeri ini yang ramai ketika ramai dan sepi ketika sepi. Aku berduka untuk rakyat yang menjadi korban dan aku berduka akan tulinya pembuat kebijakan.

Para pembuat kebijakan hanya bisa berbasa-basi, mereka tak pernah merasakan bagaimana rakyat selalu khawatir ketika harus menyalakan si imut 3kg, makanya bagaimana akan sensitif terhadap keluhan rakyat kalau yang terjadi adalah bahwa para penguasa tak pernah belajar untuk mersakan was-wasnya menyalakan api dari si imut 3kg.
Hehehee…


By : daripenulisuntukberbagi...

Ujung Timur

SEBUAH HARAPAN DARI GENERASI LAIN
Oleh : anunkaseppasundan


Kudambakkan seorang presiden dari ujung timur Indonesia yang adil lagi bijaksana, yang sabar lagi di hormati,  memang rupa bukan wujud dari sebuah penjamin akan sesuatu yang lebih baik, namun aku sangat berharap di hari ini dan yang akan datang nanti akan ada datangnya seorang pemimpin yang berani dan tegas untuk menegakkan panji kedaulatan Indonesia, terlebih dari ufuk timur  Papua. Memang harus di akui terasa mungkin tak mungkin namun bolehkan aku bermimpi tentang sesuatu yang jauh lebih baik untuk membuktikan bahwa Indonesia bukan milik satu suku, untuk membuktikan bahwa Indonesia bukan milik satu mayoritas, untuk membuktikan bahwa Indonesia bukan milik satu pulau.

Papua bukan sebuah wilayah yang ambisius untuk merebut  sebuah tampuk kepemimpinan nasional namun aku percaya bahwa dari sekian banyak rakyat Papua dan dari sekian generasi muda Papua dan daerah lainya sebenarnya ada jiwa patriotisme Indonesia yang ingin sekali untuk ikut andil menjadi bagian dari tokoh bangsa yang bisa membawa negeri ini jauh lebih baik dari yang sekarang. Tetapi kesempatan itu seolah tidak pernah ada saat mereka melihat yang berkelakar dan berretorika adalah dominasi dari muka-muka lama.

Semenjak Papua terbebas dari penjajahan dan merasakan kebebasan dari tahun 1969 sampai sekarang, kita tidak melihat bagaimana rakyat Papua bangga akan dirinya sebagai bagian dari Indonesia, karena keinginan untuk memupuk mimpi bersama membangun negeri ini selalu kandas di tengah jalan saat yang mereka lihat lagi-lagi bukan dari golongan mereka atau bahkan pemimpin dari Indonesia timur lainnya. Indonesia memang Negara muslim terbesar namun aku percaya bahwa Indonesia bukan sepenuhnya milik satu mayoritas, untuk mewujudkan negeri menjadi negeri maju dan super powwer kita harus sepakat tidak ada di alasan dikotomi harus a atau b atau bahkan c , harus agama a, suku b atau bahkan golongan  c. dan aku lebih percaya bahwa warga Indonesia yang mayoritas muslim ini sangat terbuka akan datangnya calon pemimpin dari Papua dan daerah lainnya tanpa melihat bagaimana latar belakangnya.

Kemajuan, Kesuksesan, Kesejahteraan, Kebijaksanaan dalam meimpin negeri ini, tidak tidak di ukur dari mana ia berasal dan dari golongan mana, tetapi yang menjadi ukuran adalah bagaimana seorang calon pemimpin mengelola dan menata negeri ini menjadi lebih baik, bertanggung jawab dan sepenuhnya karena niat untuk membawa semua keinginan rakyat Indonesia menjadi bangsa yang besar dan berdaulat dalam segala hal kehidupan.

Opini ini tak sepenuhnya berkeinginan hanya memberi ruang bagi provinsi paling timur Indonesia, tetapi opini lebih di dasarkan pada alasan persamaan akan hak setiap warga Negara Indonesia bahwa mereka dan semua rakyat di pulau lainnya juga berhak bisa ikut andil membangun negeri ini. Dari Sabang sampai Merauke dari Sambas sampai pulau Rote, semua yang di sana ataupun disini punya harapan dan kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin negeri ini, ayo Indonesia buktikan Merah darah dalam warna bendera-mu bahwa semangat untuk berjuang bersama lebih besar ketimbang perbedaan, ayo Indonesia bahwa semangat Putih warna dalam bendera-mu bahwa persaudaraan lebih besar daripada permusuhan.

Papua doaku untuk kalian, bahwa kalian bisa untuk menjadikan anak-anak dan generasi muda disana dan  seperti daerah lainya untuk bersama-sama membangun Indonesia menjadi lebih baik. Bukan sebatas mimpi jadi Presiden atau Menteri, bukan sebatas menjadi Gubernur atau Bupati bahkan Walikota, tetapi lebih dari itu bahwa kalian bisa menjadi pemimpin dunia atas nama bangsa bahwa kalian bisa berkarya untuk Indonesia.


By : daripenulisuntukberbagi...