31/08/2010

Diplomasi Tempe

DIPLOMASI TEMPE ALA INDONESIA
Oleh : anunkaseppasundan
Aku percaya Indonesia bukan Negara cengeng, Indonesia bukan Negara peragu, Indonesia bukan Negara pesimistis, Indonesia bukan Negara yang diam ketika di gertak yang diam ketika di labrak, Indonesia bukan Negara yang selamanya mengedepankan azas diplomasi ketika musuh di depan sudah dekat menghadang, Indonesia bukan Negara yang tetap merengek mengajak ngobrol Malyngsia karena takut dan tak percaya diri, Indonesia bukan Negara dilema, karena punya masalah dengan warganya yang tinggal di Negara Malyngsia, Indonesia bukan Negara pengalah karena di akui sebagai saudara Tua, Indoensia bukan Negara kendor di urat saraf ketika kata “serumpun” mucul tiba-tiba, Indonesia bukan Negara pecundang ketika satu satu warganya meradang meinta pertolongan karena ulah si Malysngsia yang menahannya. Indonesia bukan Negara Pengecut ketika satu dari beberapa pelecehan harus terus di protes dengan tinta hitam di atas putih. Dan aku lebih percaya bahwa Indonesia bukan bangsa bermental tempe dan sayur asam, Ayo Indonesia, ayo Presiden, ayo Menlu RI ayo Rakyat Indonesia “Katakan Dengan Indah” dan “Luar Biasa” dengan tegas Bahwa kita “Ganyang Malyngsia/Malaysia, dan katakan dengan lebih semangat dan lugas ” Salam Super”  KONFRONTASI!!!

Haruskah kita menunggu untuk berharap adanya superior calon pemimpin indonseia setelah eranya Soekarno, dan berharap bahwa di indonesia akan lahir  dan yang akan datang segagah dan seberani Fuchler Hitler ahli propagandaris Jerman Nazi, yang bisa menbawa semangat Patriotik yang sempit, ataukah kita harus mengundang khusus Hitler (jika masih ada) untuk berpidato masalah-masalah lainya semisal Ambalat, lihatlah dalam pidato ini Hitler begitu semangat menggelorakan perlawanan dan dukungan terhadap Indonesia.




Ternyata Menluku tak segagah seperti sang patriotik Menlu Subandrio di tahun 1963 dengan melakukan konfrontasi, ternyata Presiden-ku tidak setegas, segagah dan sewibawa seperti  seperti Soekarno dengan menggelorakan ganyang Malyngsia/Malaysia, terlalu letih dan capek lagi-lagi dan lagi kita di remehkan oleh si tetangga usil dan tak tahu tatakrama, rakyat di bawah sudah geram dengan tindakan Malyngsia/Malaysia ini, jangan kau buat tambah geram dengan hanya berkutat di diplomasi saja, kita sudah cukup memanjakan Malysngsia/Malaysia akan tindakan kita dengan terus membiarkan member kesabaran dengan berbagai persoalan pelecehan yang terus menerus di tujukan Malyngsia kepada Indonesia terus terjadi dan berkelanjutan, jangan hanya dengan memberi surat protes dan teguran saja, jadilah wahai Menlu dan Presiden seorang patriotik dengan memberi sebuah pelajaran berharga kepada si Malyngsia/Malaysia, ayo teriakan dan propagandakan kembali konfrontasi Ganyang Malyngsia/Malaysia.


Jangan menafsirkan bahwa pelcehan Malyngsia/Malaysia tidak akan terulang lagi??, semua akan teres terulang wahai Presdien dan Menlu???, bila dalam waktu kapanpun kita belum bisa memberi pelajaran yang tegas dan berharga bagi Malyngsia/Malaysia, jangan ragu untuk menarik TKI, jangan ragu untuk mengusir dubes Malyngsia/Malaysia, jangan ragu untuk menembak dan manangkap setiap kapal yang masuk ketanah perairan kita Indoneia, kalaulah masih ragu untuk apa kau banggakan deretan pulau pada peta yang tergambar, bahwa bangsa ini adalah bangsa besar,.jangan kau buat  kami berkecil hati, ketika kami berkutat dengan buku sekolah : “bahwa Indonesia adalah negara nusantara terluas , Negara terkaya, Negara dengan batas zona ekonomi ekslusif terpanjang di asia tenggara, negara dengan kekayaan alam, negara dengan jumlah populasi muslim dan berpenduduk terbesar di dunia, bila yang terjadi adalah adanya pelecehan dari Malyngsia/Malaysia kita hanya DIAM, DIAM, DIAM, DAN DIAM, dengan sikap dan tindakan kita yang setengah hati karena pertimbangan disana sini.
Wahai Presiden dan Menluku untuk apa kau buat peta besar nan gagah tepampang bahwa di antara wilayah asean Indonesia adalah Negara nusantara terluas, kalaulah pada kenyataannya ketika ada sebuah sengketa tentang batas wilayah dan pencurian 2 pulau, kita hanya kalah dan hanya bisa berkutat dengan diplomasi tanpa arti, kami menjadi ragu apakah benar peta tersebut mendapat pengakuan Internasional, karena kenyataanya pemerintah dan pengelola negeri ini hanya diam bak anak cengeng yang cuma merengek meminta dan mengemis kepada si penginjak harga diri bangsa seperti Malyngsia/Malaysia untuk tidak mengulang lagi,
Ingetlah kita sudah jauh berpengalam berperang dengan belanda yang posisinya jauh dari keadaan si Malyngsia, kita sudah pernah berperang dengan raja asia Jepang, kenyataanya kita mampu untuk melawan bahkan mengusirnya, kenapa dengan Malyngsia/Malaysia kita hanya bisa bediplomasi, diploma, diplomasi, dan diplomasi, Hah!!! Kita bayangkan potensi apa yang dimiliki si Malyngsia/Malaysia, Negara boneka dengan system persekutuan, Negara yang jauh dari level sekelas Jepang bahkan Belanda, kenapa kita takut dengan Negara penjiplak, pencuri, dan tidak beretika ini. Lihatlah wahai teman rakyat Indonesia berapa jumlah kasus pelecehan Malyngsia/Malaysia kejadian dia bawah ini hanya sekian masalah yang terpublikasi, lebih parah dan edan ada TKI kita yang di tusuk dan di tendang dalam keadaan tidak berdaya, ketika di intograsi oleh polisi di raja Malyngsia/Malaysia.lihat video di bawah ini.

Beberapa kasus lain yang aku pantau dan ku catat
NO.
TAHUN
BULAN
KASUS
1.      
2002
Desember
Pengakuan secara sepihak atas nama 2 pulau “sipadan dan ligitan”
2.      
2007
Oktober

Malaysia menggunakan lagu rasa sayange dalam iklan promosi Malaysia
3.      
2008

Agustus
Wasit karate asal Indonesia Donald Pieter Luther Kolpita di aniaya oleh polisi Malaysia
4.      
2008
Oktober

Malaysia sering melanggar perairan milik Indonesia di Ambalat
5.      
2009

Juni
Kontroversi model Manohara Odelia Pinot 17 th. Yang mengaku di aniaya Pangeran Tengku Moh Fakhry dari Malaysia
6.      
2009
Juni

Indonesai menghentikan sementara pengiriman TKI samapai Malaysia menyepakati syarat perlindungan pekrja
7.      

2009

Agustus
Muncul rentetan klaim Malaysia terhadap Batik , Reog dan juga Tari Pendet hingga menuai protes keras di idnonesia
8.      
2009
Agustus
muncul tudingan bahwa lagu kebangsaan “Malaysia Negaraku” adalah jiplakan dari lagu asal Indonesia “Terang Boelan”
Jejak langkah Indonesia di kancah dunia sudah di akui dunia, bahkan Indonesia menjadi negara yang pertama di asia tenggara yang mendapat kehormatan sebagai anggota G20, sebuah kelompok yang memposisikan sebagai negara maju dan berkembang, dan Indonesia pernah menjadi ketua dari  Dewan Keamanan tidak tetap PBB periode 2007-2008, Indonesia menjadi negara ke 1 muslim terbesar dunia, Indonesia menjadi negara terbesar ke 4 di dunia dalam keriteria tingkat populasi, Indonesia di isukan sebagai tampatnya pulau atlantik dunia, sebuah era kerajaan manusia terbesar pada abadnya, Indonesia mempunyai presentasi tingkat pendidikan warganya yang tinggi di antara negara-neagra asean lainnya, dan indonesia menjadi negara dengan tingkat prestisius dalam hal kejuaraan olympiade fisika/robot dan bidang pendidikan lainnya. 
Apa yang kurang di negeri ini, tentulah dengan segudang prestasi tersebut Malyngsia/Malaysia akan merasa rendah diri, jadi tak ada alasan untuk kita, untuk tidak percaya diri untuk menggertak dan bersikap antipati terhadap kelembutan yang di berikan Malyngsia/Malaysia di saat sebuah kisruh tentang pengakuan terhadap berbagai hal yang menjadi hak Indonesia. Kita tidak bisa mentolelir ats sikap ngeyel Malyngsia/Malaysia. Kita tidak bisa bersikap lunak lagi atas nama serumpun atas nama persaudaraan, siapapun, negara/bagsa manapun akan tetap lebih professional bersikap tegas, sebatas mana sifat persaudaraan dan serumpun itu ada ukuran dan nilai batas, bila yang terjadi adalah ketidak mengertiaan akan hak kedaulatan terhadap negara yang di akuinya sebagai negara seumpun.

28/08/2010

Panglima Kadal

PANGLIMA KADAL
Oleh : anunkaseppasundan
Terlalu sering kita melihat akhir-akhir ini, rakyat menjerit-jerit meminta sebuah kebijaksanaan dari para pemimpinnya, tetapi tetap saja mereka memalingkan wajah seolah acuh dan tak mau mendengarkan keluhan dan harapannya, bahkan untuk sekedar melihat saja sepertinya merekan sungkan karena mungkin mereka merasa tak mampu untuk bisa memberi solusi yang sedang terjadi dan di alami oleh rakyatnya,...

Beribu tangsis melengking disana-sini meminta dan bahkan rakyat harus berteriak-teriak hanya untuk mengatakan "bagaimana ini terjadi". dengan penuh ketidak pedulian dan di tambah lagi dengan sikap acuhnya mereka membangun sejuta tembok untuk menghalau demo yang mengancam citranya, Sesekali, hanya sesekali saja mereka melihat itupun karena kebetulan mengusap pundak menengok kesebelah kiri atau kanan bukan sepenuhnya melihat dan menengok ke kiri atau kekanan untuk melihat dan mendengarkan keluhan dari rakyanya. padahal dari pencitraannya yang di bangun sebegitu megah dan sebegitu mahal mereka (penguasa) selalu mengiklankan diri seraya berkata "saatnya memberi kesejahteraan bukan kesengsaraan". alah bullshit.. ternyata mereka hanya berkoar-koar untuk mendapatkan jatah lebih dari sejuta suara setelah mereka jadi penguasa lari tunggang langgang menjauh dari pertanggung jawaban, mereka bilang bawahanya tak becus, mereka bilang bawahanya jangan diam saja, mereka bilang semua sudah terkordinasi, mereka bilang tolong akan di selesaikan, mereka bilang kita cukup prihatin, mereka bilang lagi-lagi rakyat harus hati-hati dan pintar menjaankan aturan, mereka bilang bla-bla, bilang saja kalau mereka sebenarnya lagi bingung, Haach".... sampai kapan wahai penguasa yang sibuk dengan pencitraanya kami harus diam dan bersabar menunggu jawaban yang pasti dari kalian, haruskah kami merasakan lutut dan kaki kami bersujud sampai dengkul ini hanya tinggal tulang dengan darah bercucuran, karena terlalu sering berjongkok menghamba meminta kalian mendengarkan keluhan kami...

Selayaknya penguasa memberi solusi yang pasti bukan janji yang hanya melahirkan keraguan  kamuflase, di mata kami sebagai rakyat yang telah memilihmu, selayaknya pula penguasa memberi jalan yang terbaik dan lurus bukan jalan yang berbelok seperti labirin yang sesekali kami harus merasakan berbagai penderitaan dari kebijakan yang sekiranya membuat kami merasa terancam dan terkesan menjadi kelinci percobaan, Pemimpin/penguasa bukan Tuhan yang sedang memberi cobaan, penguasa adalah panutan yang harus bijak dan secepatnya memberi isyarat bahwa permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan segera bukan di tunda-tunda. Penguasa bukan orang yang sedang memperlihatkan penderitaan dan memimta pertolongan tentang solusi dengan megeluh kepada rakyatnya.

Kalian penguasa seperti membisu ketika satu peristiwa terjadi, atau bahkan menjadi tuli ketika satu kebijakan yang lagi-lagi menjadi sebuah percobaan gagal, kalian penguasa seolah buta malas melihat acuh menyapa ketika satu peristiwa menjadi buah bibir yang memerahkan daun telinga karna kegagalan program yang di jalankanya.
Hampir lebih satu dekade semenjak The Founding Fahers membangun bangsa ini, sepertinya tak ada lagi pemimpin yang benar-benar memanjakan rakyatnya, padahal mereka berjuang dengan mengorbankan darah dan jiwanya bahkan hartanya, untuk sebuah kepentingan atas nama kebersamaan, kesejahteraan dan kemakmuran bahkan kemerdekaan bagi dan untuk rakyatnya, pantas saja semua yang ada dijaman sekarang tidak terlalu bisa untuk di harapkan karena penguasa di jaman sekarang berjuang dengan uang untuk mendapatkan kekuasaaan dan kursi empuk yang katanya terasa nyaman, jadi pantas saja mereka tak mau rugi karena semua di lalui dengan uang yang selalu konotasinya berbau tanpa keikhlasan. Mereka seperti berjudi apa yang sudah di beli harus kembali, persetan dengan program lepas satu atau dua periode tinggal lempar saja kepada pemimpin yag akan datang. 


Fuuach....  rasa-rasanya kita seperti mencium bau amis bila yang terjadi adalah demikian, karena bagaimana mungkin mengharapakan kebaikan dari para pemimpin yang hanya mementingkan kekuasaan. kekuasaan dan kursi yang mereka miliki sekarang tak lebih dari sebuah kue  black forest cake sementara, yang ada adalah menghidar dari kewajiban untuk mengurusi dan mengayomi. Dan mereka memposisikan bahwa keluhan rakyat adalah keluhan bau bangkai yang menganga yang harus di hindari atau bahkan di jauhi seraya menutup hidup dan memejamkan mata karena sungkan untuk melihat dan merasakan.

Lagi dan lagi, kita harus bersabar untuk berharap dan menunggu datangnya dan adanya pemimpin yang mempunyai: Kredibilitasnya, Personalitasnya, Integritasnya, Profesionalitasnya, dan Loyalitasnya hanya untuk di dedikasikan kepentingan rakyatnya, bukan kepentingan individu atau bahkan golongan, lagi dan lagi kita harus menunggu datangnya pemimpin yang tak gemar mengiklankan diri untuk membangun pencitraan, lagi dan lagi kita harus berdoa bahwa pemimpin itu masih ada untuk kita, membela untuk berjuang kita, bertanggung jawab untuk kita sebagai rakyatnya yang telah memilih. kita sudah muak dengan adanya pemimpi macan ompong yang hanya diam ketika ada sebuah gertakan, kita sudah muak pemimpin yang berbicara bak layaknya diplomat dengan mengkhiaskan permasalahn menadjadi perumpamaan, dan sekali lagi kita sadar dan tak butuh pemimpin yang jual asesoris pencitraan, yang kita butuhkan adalah pemimpin yang butuh pengorbanan bukan tuli ataupun bisu bukan bukan pula buta atau acuh menyapa, yang kita butuhkan adalah pemimpin yang mau mendengar dan mau bertindak.

Semoga masih ada.... 


By: daripenulisuntukberbagi...