26/02/2014

Malam ...

Malam ....
malam yang sunyi senyap 
membawa kegelisahan yang tiada henti

di antara hati yang masih bergelimang kegundahan 
aku duduk termenung menghadap cermin 
yang menjadi tempat penghias diri
di kala suntuk disenja terbawa duka
dikala hati lara yang terurai air mata
karena ingatan suatu peristiwa
hatiku sama persis seperti wanita oleh karena aku manusia
yang bisa merasakan adanya air mata karena rasa kecewa

duhai malam sehebat bulan purnama 
yang tertutup awan mendung
dan menjadikannya gelap karena masa dan waktu
beri ruang untuku berkata-kata
sebagai pengiring langkahku 
melangkah meninggalkan semua yang terluka perih 
oleh iba yang terpana

duhai malam yang berkabut 
kabarkan dukaku pada DIA
yang menjadi sandaran cinta 
pada jiwa yang merana 
pada benak yang terpejara 
oleh cinta
oleh rasa yang menyiksa .....

duhai malam
aku ingin merasa 
pada hal yang biasa dan sewajarnya 
seperti mereka merasakan bahagia 
tanpa paksaan dan sandiwara 
berjalan beriringan
layaknya mereka di kehidupan kedua 
menjalani hari-hari penuh tawa suka, duka dan cita

duhai malam yang gelap gulita
dan bulan purnama 
yang seharusnya terang tertutup awan hitam
membawa abu menjadi ragu
hingga tiada kulihat di antara gelap dan terang 
mungkinkah bisa tuntun aku harus bagaimana dan seperti apa 
mana yang harus aku pilih
di antara dua mata yang berbeda 
antara mereka yang meminta dan aku yang menjalaninya ...