01/03/2013

Perang

Wajah-wajah durjana berlalu lalang
Membawa tatap menatap yang menakutkan
Seorang anak hingga terperangah kepanikan
Karena todongan sejata yang pasti mematikan

Siang bolong yang begitu ramai oleh dengungan
oleh bara api yang yang membuat langit dunia seperti arang
yang membuat angin terasa sesak untuk di hirup
yang membuat mata berair
karena satu jawaban ketika itu 

adalah di percaya akhir dari setiap PERADABAN!!!

Mayat-mayat bergelimpangan
bau anyir darah menepis keraguan bahwa bakal adanya kedamaian
karena setiap satu letupan terdengar satu mayat berjatuhan
yang menjauhkan manusia dari nurani 

tentang
saling asih mengasihi
saling sayang menyayangi
saling menjaga dan menjagai
dunia dan manusia ketika itu seperti hilang jati diri
semua terlihat bak materi yang bisa di beli untuk hilang dan tak berarti

Sang ibu dan anak yang meronta dengan tangisnya
sang bapak yang berteriak karena kehilangan istri dan anak-anaknya
mereka menjadi generasi pengakhir
untuk tumbuh dengan dendam bersama 

bersemai di hati para mereka pencari
keadilan siapa yang melakukan ini
siapa yang memulai kata-kata 

tak mau mengamini untuk tutup dan rendah diri
menerima setiap persoalan menjadi sebuah kesepakatan bicara dalam
satu waktu atas nama kedamaian dunia.

Siapa yang memulai semua ini karena satu ego
semua bangsa saling bunuh diri
saling serang menyerang menyaingi
hingga lupa dalam satu tempat 

ada manusia-manusia seperti kami rakyat biasa
yang merbodal anggukan dari pemerintahnya
yang menolak dengan berat ketika perang di kobarkannya
yang cuma kebingungan ketika semua sudah di putuskan
apa yang akan kami lakukan setelah apa yang sudah di dengarkan
Bahwa akan ada satu peristiwa dimana ucapan tak lagi di dengarkan
hingga negara lupa kepada kami untuk apa semua ini
Yang tak tahu higga hilang menjadi korban 

karena desingan peluru sebagai pengganti diplomasi