27/05/2010

Diktatorian

DIKTATORIAN
Oleh : anunkaseppasundan

Pemimpin Diktatorian & Kemunafikan Yang Terselubung Dalam Persfektif Masa Kini
Lebih dari beberapa abad semenjak dimulai era manusia membangun sebuah peradaban, dan dengan beberapa sejarah kepemimpinan dari berbagai latar dan bangsa yang berbeda-beda, dan dari tempat yang berbeda, selalu di terselip tentang cerita para pemimpinnya yang pengecut dan berlindung di balik kesombongannya, menciptakan suasana yang nyaman namun membimbngungkan sebagian masyarakatnya yang dipimpinnya, karena sifatnya yang cenderum bermuka ganda dan dengan segala caranya tercipta sebuah sistem otoritarian yang menyentuh segala lapis kehidupan masyarakatnya.
 
Pemimpin yang munafik tak lebih dari baunya seperti bangkai yang menganga di tengah-tengah gurun, ia kerap menjadikan sandaran dan argumen disaat keadaan terasa terjadi sebuah penyudutan akan dirinya sebagai manusia yang mempunyai kekuasaan. Pemimpin yang berfantasi dengan “Egoisme” selalu terlahir dengan mahkota sifat politikus yang selalu bermain dalam ketidak pedulian, bila disaat kepentingan yang lain tentang kelanggengan titahnya sebagai sang raja kerap terancam akan bayangan kehancuran, dengan sigap ia akan berusaha melakukan tindakan prepentif.
 
Pemberangusan dan pencitraan dirinya seolah mengalir sama yang tak akan terpisahkan, pemberangusan terjadi bila sebuah kabar yang tertuju pada dirinya adalah kabar kontraproduktif, kabar yang akan merusak kepemimpinannya dan integritas sebagai “Law  of Leaders” dari masyarakat-nya. Maka jalan pemberedelan adalah pilihan terbaik untuk melindungi kekuasaan yang telah dimilikinya, segala tindakan baik itu sebuah pendapat atau gagasan yang mengancamdan menyindir dan cenderum menyudutkan dirinya atas kebijakannya, harus sesegera mungkin di hancurkan bahkan di tiadakan dalam pemberitaan media, padahal argument yang sedang di tentangnya adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan akan kegagalanya sebagai pemimpin dan kesalah kaprahanya telah membuat rakyatnya menangis dan meronta akibat dari kebijakannya yang tak pernah memihak kaum miskin .
 
Indonesia bukan negeri di masa dinasti kerajaan, yang dengan segala cara ketika titah sang raja tidak tidak sesuai dengan kehedaknya penjegalan akan kewenangan menjadi jawaban, namun Negara ini adalah sebuah Negara yang di bangun berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, dimana kebebasan berpendapat dan berekpresi menjadi sebuah menu yang mau tidak mau suka tidak suka harus di apresiasi dan di hargai. Karena demokrasi lahir dan ada atas nama kebebasan.
 
Demokrasi lahir dari niat yang tulus, ketika sang pemimpin lahir dari rahim demokrasi maka yang terlahir harus mampu mempertanggung jawabkan integritasnya sebagai pemimpin yang lahir dari rahim pemilu yang di nahkodai atas nama demokrasi, karena demokrasi selalu beriringan dengan rasa hormat dan tanggung jawab, hormat bagi yang kalah terhadap pemenang dan bertanggung jawab bagi pemenang untuk menjalankan amanah kekuasaan yang di berikan rakyatnya dan untuk rakyat sesuai tempat dan kapasitasnya, dalam opni ini jelas demokrasi bagi sang pemimpin yang lahir dari rahim pemilu demokrasi adalah memberi seluas-luasnya kewenangan kepada masyarakat untuk berpendapat dan mengkritisi kebijakanya bukan dengan membungkam lewat media dan menutup diri dari berita tentang apa yang sudah menjadi cerita dalam hari-harinya, bhkan bukan dengan menasbihkan dirinya sebagai pemimpin yang penuh kemunafikan dimana menyanjung demokrasi namun di lain pihak menampik apa yang sudah menajadi seharusnya.
 
Kadarnya demokrasi adalah memberi ruang bagi  masyarakat dan pemimpinpinnya, dimana kebebasan seluas-luasnya adalah jawaban dari fakta integritas bagi semua lapisan yang menerapkan dan ikut andil di dalamnya.

26/05/2010

Demokrasi Apatis

Demokrasi yang Apatis
Indonesia adalah sebuah Negara majemuk yang mempunyai jumlah penduduk ke 4 terbesar di dunia dengan berbagai suku dan latar belakang agama, dan Indonesia adalah penganut jalan kehidupan demokrasi pasca era reformasi.

Indonesia bukahlah Negara yang pertama menganut sistem demokrasi karena jauh sebelum itu, negara-negara di kawasan Benua lainya seperti Amerika, Eropa, Afrika dan Asia lainya sudah terlebih dahulu menggunakan kekuatan hukum demokrasi sebagai hal yang mutlak dan absolute untuk menetapkan dan menampilkan sebuah identitas baru menuju kehidupan baru.

Demokrasi adalah penjernih keadaan dari hal yang buntu menjadi berujung, ia pengantar hati nurani rakyat yang tersampaikan lewat sebuah pendapat atau gagasan, sugesti yang di tawarkan cukup mempresentasikan keadaan jiwa dari setiap manusia yang sesungguhnya, ia ibarat oase di padang pasir yang membuat decak kagum mata di antara para penyanggah.

Ketika rezim berkuasa dengan otoritarianya, demokrasi muncul sebagai jawaban menuju kebebasan, rezim tidak akan tenang sebelum api Demokrasi berhenti berkobar karena rezim yang absolutis adalah penganut hukum tunggal, yang ingin mengatur dalam segala aspek kehidupan individu. Dari hal yang irasional sampai hal yang rasional, seorang rezim menggunakan nalar berfikir yang di iringi sifat ambisius tanpa menjadikan pengantar isi hati nurani sebagai tumpuan untuk bersandar dalam keadilan, mengesampingkan segala perasaan dan mengedepankan nafsunya.

Indonesia ibarat sebuah anak kecil dari pasca kelahirannya tahun 1999 menuju dunia berkehidupan yang menganut sistem Demokrasi sebagai “Ibu” dari kepatutan untuk membuat segala bentuk keputusan yang menyangkut kengaraan, rakyat di beri kebebasan untuk memilih langsung dari tingkatan Yudikatif, Eksekutif dan Legislatif, bahkan rakyat Indonesia di beri kepatutan untuk memilih para senator (Dewan Perwakilah) yang di inginkanya, dari tingkatan desa sampai setingkat Gubernur semua telah terlaksana dengan adanya pilihan langsung dari rakyat.

Tetapi di balik itu semua, bukan tidak mungkin ternyata banyak yang berlomba untuk memperebutkan segala bentuk kursi kekuasaan hanya untuk merasakan panas-dinginya duduk di atas kursi dengan hanya ber-Retorika di depan umum, atau hanya ingin merasakan kewibawaan dan Sakralan dari kursi kekuasaan yang telah di milikinya hanya untuk sebuah harga diri dan pencitraan diri.

Hari ini atau hari kedepan jika kita menerawang rasa-rasanya sangat sukar untuk melihat adanya pemimpin yang mengambil atau ikut berlomba untuk berkuasa dengan menjadikan kursi kekuasaan sebagai amanah untuk mengambil kesempatan untuk merubah dari ke adaan yang tidak berpihak menjadi berpihak, untuk merubah dari yang di layani menjadi melayani, dan menjadikan kekuasaan yang ada di tanganya untuk sebuah kemaslahatan bagi semua orang, dan mendedikasikan dirinya di atas kekuasaan yang membantu rakyat yang telah memilihnya, bukan dengan mengekang atau bahkan menghilangkan azas demokrasi yang telah memilihnya untuk menjadi penguasa.

(ilutrasi gmbr dri :http://fredywp.blogspot.com/2009_04_01_archive.html)

Revolusi Bergaris

KUDETA "ALA" KUTU BUKU
Oleh : anunkaseppasundan
                                                 Buku kusam penembus Revolusi
Ada sekian ribu malah lebih dari sejuta orang bersama membangun sebuah peradaban yang megah kokoh dan tak terhancurkan, peradaban yang di bangun ini adalah sebuah peradaban modern dan moderat ia terdiri dari alur dan cerita yang di landasi pemikiran dan bahkan hayalan tentang sesuatu keinginan dari masing-masing individu manusia yang mampu menuangkanya dalam lembaran kata dan kalimat, jika kau tahu apa dari maksud semua ini adalah, sebuah peradaban baru yang lahir dari bibir manusia yang membuncah dari segala inisiatifisasi pribadi dan impian dari sebuah pemikiran yang tak terlaksana, atau bahkan terlaksana dengan setengah hati namun masih ada keinginan yang besar yang hanya bisa di jalankan dari sebuah cara pandang yang radikal namun tetap elegan.

Setiap kali pemikiran akan adanya kejenuhan oleh rasa terkekang karena peraturan yang datang dari pemimpin yang tak berpihak kepada rakyat itu datang, pemikiran sang penulis yang mencari keadilan selalu akan menggoda tangan untuk menari-menari di atas putihnya kertas yang akan tergoresi tinta-tinta pengharapan akan hancurnya sebuah keadaan terkungkung.

Tebal atau tidak, lembaran buku-buku teriakan dari hati dan pemikiran jernih ini laksana pisau yang tajam melebihi tajamnya pedang, buku merupakan tempat berlindung dan tempat mengungkapkan kegelisahan hati seorang penyamun ilham kebebasan dan tempat curahan akan kegundahan hatinya seorang pionir dan aktifis penulis.

Jika keadaan di sebuah tempat/negara tidak ada ruang untuk berpendapat dan menggagaskan sebuah ide pembaharuan, maka buku adalah jawaban sesungguhnya. Dan bila isi, adalah sebuah kebenaran tentang kebejadan dan  kedengkian sang pemimpin, bukan tidak mungkin “pemberedelan” adalah jawaban milik sang pemimpin dan “kemenangan berpendapat” adalah jawaban dari sang pencari keadilan.



Dari buku semua tertawa!!!
Sang pemimpin yang bangga atas keberhasilannya membukam pendapat yang tertuang dalam buku-buku tersebut, yang berisi tentang ancaman merasa telah hilang, walaupun sedikit kecut ia merasakan kekhawatiran di hati kecilnya karena sebagian orang telah membuka dan membacanya, sementara seorang penulis yang mengharapkan keadilan merasa lebih tertawa walaupun hanya sebagian orang saja yang membacanya, paling tidak ada rasa kepuasan karena secercah harapan akan perubahan yang diinginkan telah tergambar dari orang-orang yang membacanya, dan sang pencari keadilan lewat tulisan tetap berharap kepada para pembacanya tersadarkan akan keadaan yang tidak berpihak ini. Karena sang penulis selalu mengharapkan eskalasi dari buku yang telah tercipta dari tarian tangan dan pemikiranya. Karena sekali saja orang membaca satu bait sebuah pemikiran tentang keadaan fakta sebenarnya, maka satu kalimat itu adalah penggugah hati untuk berfikir ulang tentang sebuah keadaan.

Dari buku hilanglah kekuasaan
Jika dalam satu masa, sang penguasa adalah penghianat bagi rakyatnya maka perlawanan adalah jawabanya, tapi bila mana dalam satu masa perlawanan terkungkung oleh tindakan militeris yang dapat melukai  setiap fisik maka pemikiran yang tertuang dalam buku adalah ruang penyampai dan jawaban yang utuh,

Penguasa yang lalim dan haus kekuasaan abadi, akan menggunakan segala cara untuk menghentikan semua bentuk kritikan terhadap dirinya. Dan rakyat di posisikan sebagai objek tertentu yang bisa di atur dengan telunjuknya, dan semua penguasa yang otoriter selalu membuat sebuah alibi yang memposisikan dirinya sebagai civil society, dan sebagai pemimpin dari sebuah kedamaian, padahal di balik semua itu, ada nafsu keinginan untuk menundukan berbagai macam penghianatan terhadap dirinya agar kelanggengan titahnya sebagai penguasa tetap terpelihara dan terjaga.

Mereka pemimpin yang haus kekuasaan menggunakan sebuah peledoi akan kemunafikan dan kelicikannya dan menggunakan berbagai macam cara untuk membagun pengaruh sentimenisme masyarakat dan mengintimidasi, bahkan  memutarbalikan fakta sebenarnya seolah ”penganut impian keadilan terhadap rakyat atau para penulis pencari keadilan”, dan mereka penganut keadilan terhadap rakyat adalah seorang yang isi hatinya menangis dan mencurahkannya dalam sebuah buku tentang ceritanya akan keadaan tidak berpihak ini. Untuk di anggap sebagai musuh yang nyata.


Kursi kekuasan memang mahal dan perlu pengorbanan, selain nafsu yang teramat kuat dari pemimpin yang haus akan kelanggengangannya sebagai raja, mendorongnya mengesampingkan isi hati nurani dan membuat sebuah opini negatif yang di tunjukan kepada para aktifis penulis yang mendedikasikan dirinya pembela rakyat di posisikan sebagai pembangkang dan perusak ketentraman, dan lagi-lagi masyarakat yang takut, di intervensi untuk ikut andil berifikir bersama-sama melawan segala bentuk pemberontakan lewat apapun termasuk kritikan lewat buku.

Ketika tiba masa kehancuran itu, dan ketika para pemimpin licik itu berfoya dengan kemenangannya, sesungguhnya tercipta gerakan bawah tanah dari orang-orang yang terpengaruh dan tergugah hatinya karena pesan dari buku yang di berangus menjadi fase awal terjadinya pembangkangan yang lebih besar. Buku yang berisi perlawanan terhadap suatu keadaan yang tidak berpihak menjadi sebuah pedoman dan pembangkit semangat untuk menghacurkan bersama-sama terhadap konstitusi yang di salah artikan dan di salah gunakan, dengan begitu sesungguhnya keadaan akan perlawanan semakin terang benderang karena buku adalah pembuka pikiran. Dan bentuk perjuangan lembut dengan tidak menjadikan fisik sebagai garda terdepan. Buku selalu menjadi awal bangkitnya rasa nasionalisme dan awal dari perjuangan penggugah untuk menghacurkan segala bentuk kekuasan yang menindas dan tak berpihak. Tetapi buku juga sering di salah artikan ketika sang penulis bukanlah seorang petarung yang melawan ketikdak adilan melainkan seorang pengecut, yang bersembunyi di balik satu frase kalimat hanya untuk menciptakan sebuah kekeliruan dari keadaan yang sudah menajdi hal yang wajar menciptakan keadaan yang tak wajar.


Buku adalah tempat dimana setiap orang dapat menuangkan sebuah pemikiran dari yang hegemonis sampai majemuk, dari yang absoluties sampai yang demokratis, dari hal yang bersifat kelembutan sampai hal yang bersifat radikal semua dapat tertuang dan terangkai, dan isi dari setiap gagasan yang tertulis di buku senantiasa tersimpan dan abadi melekat sepanjang abad.

(ilustrasi gmbr di ambil dari :http://noretz-area.blogspot.com/2010/03/5-buku-yang-dilarang-terbit.html)

22/05/2010

Mengagumkan


Hari ini sabtu 5 Februari 2010

Ada sebuah ketakjuban Yang Maha Besar tatkala kulihat sebuah penciptaaan yang penuh dengan maha lebih dari karya seni, sebuah keindahan yang takkan satu-pun mahluk di dunia ini yang bisa menandinginya, Dia-lah Sang Khalik Yang Maha Pencipta, Maha Berkehendak, Maha Menjadikan Segala Sesuatunya Menjadi Indah dan Menjadikan Segala Sesuatunya Maha Buruk atas Kehendaknya, Maha Pengasih, Maha Melindungi, Maha atas Segala dan Kuasanya,


Sang Khalik.
Yang Maha Pencipta
Sang Khalik yang maha pencipta, menjadikan hamparan bumi yang terbentang luas ini disertai dengan segala keidahan dan isi untuk di nikmati oleh semua mahluknya, dan dari penciptaanya ada sebuah penyampaian pesan, agar apa yang ada senantiasa di jaga karena semua ini adalah proses penitipan yang disebut "Amanah" Oleh Tuhan-nya kepada manusia,

Yang Maha Bekrkehendak
Ia menghendaki atas segala sesuatunya dengan hanya mengucapkan kalimat "Qun Fayakun" yang di inginkanya akan terwujud laksana melebihi apapun kecepatan yang di ciptakan mahluknya, Ia (Alloh SWT) menghendaki kita untuk merawat dan menjaganya, namun sebagian dari kita kadangkala mengabaikannya dan cenderum merusak atas apa yang sudah diciptakan olahnya-Nya. padahal, dengan kehendaknyapula Ia bisa saja menghancurkan apa yang ada menjadi tidak ada dan hancur lebur tanpa tersisa sedikitpun..
(Subhanallah)

Yang Menjadikan Segala Sesuatunya Menjadi Indah
Seperti dalam kalimat pembuka yang sering di baca oleh kita umat muslim pada saat membaca firman-Nya

"Bissmillahirrahman Nirahim"

(Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang)


Begitu indah di bacanya dan begitu indah arti kalimat tersebut. Subhanallah ini sebuah pertanda bahwa Alloh Maha Menyayangi dan Mengasihi, dengan kata lain bilamana dalam sebuah hubungan Tuhan, dan Manusia (Habllum Minannass), dan Alam, ada sebuah hubungan harmonis dan saling menyayangi dan mengasihi maka yang terlihat adalah sebuah keindahan, dan saling menjaga. dan dari rasa keindahan akan tercipta kedamaian dari kedamaian akan tercipta sebuah rasa kenyamanan, dan dari semua itu adalah harapan dari semua mahluknya yang ingin hidup damai dan indah.


Menjadikan Segala Sesuatunya Maha Buruk atas Kehendaknya, Maha Pengasih, Maha Melindungi, Maha Menjaga, Maha atas Segala dan Kuasanya
Menjadikan segalanya tidaklah sukar bagi Alloh. Ia akan dengan mudahnya membalikan semua yang indah menjadi sesuatu yang mengerikan tatkala mahluk di bumi ini (manusia) sudah menjauh dari titahnya di bumi sebagai "khalifah" untuk menjaga dan memelihara bumi ini. keserakahan, ketamakan, kebencian, yang ada pada sifat manusia saat ini dalam mengekploitasi alamnya dengan sifat-sifat buruk tersebut bukan tidak mungkin murka dari Alloh SWT. Sang Maha Berkendak akan datang tanpa di duga-duga sebelumnya, bahkan tanpa peringatan apapun. Astagfirullah Halladdzim, sungguh Engkau Maha Suci Ya Alloh. dan Maha Mengetahui. berilah kami sifat mengasihi agar kami juga bisa mengasihi alam yang telah engkau ciptakan ini, untuk Melindungi dan Menjaganya guna keberlangsungan anak cucu kami dan keberlangsungan "Amanah" yang Engkau titipkan kepada kami. Engkau Maha atas Segala dan Kuasanya. Dan dengan setiap peringatan yang kau kirimkan semoga kiranya kami sebagai manusia sadar bahwa bumi yang kau ciptakan ini untuk dinikmati, dilindungi, dan di jaga, bukan untuk di rusak yang saat ini telah terus-menerus berlangsung. semoga kami bisa menjaga "Amanah"-Mu. (Amin).



Sandiwara Kehidupan

SANDIWARA KEHIDUPAN
Oleh : anunkaseppasundan

                                    Apakah kamu tahu ?""
Bahwa hidup manusia adalah ibarat sebuah film. Ketika kamu lahir itu adalah sebuah episode pertama ketika kamu menjalani hidup dari hal yang tak dapat kamu simpulkan dan di mengerti yang akhirnya kamu dapat menyimpulkan dan mengerti segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dan pandanganmu. 

Ketika kamu lahir itu adalah sebuah perkenalan dari dirimu kepada dunia, dan dunia mempersilahkanmu untuk mengenalnya sejauh kamu bisa dan sejauh kamu mengenalnya, dan ketika di usia anak-anak, kamu ada dalam sebuah peran  permulaan kedua, untuk mengenal beberapa (yang katakanlah peran artis pembantu atau figuran dalam sebuah film) seperti Saudara, Teman, dll. mereka adalah bagian pelengkap dan perpanjangan dari jalan cerita-cerita kehidupanmu dari mereka terekam sebuah gambaran dirimu tengtang bagaimana sosok kamu, dimulai dari mengenal fisikmu, kepribadianmu, kekuatanmu, kelemahanmu, kepadaianmu, penampilanmu, kesukaanmu, hobimu, penampilanmu bahkan rahasiamu.


Ketika kamu beranjak muda/remaja sebuah cerita dari hidupmu telah di mulai bagaimana kamu mencari jati diri dan berusaha meraih mimpi  untuk dirimu kedepan dan biasanya ketika muda/remaja kamu cenderum ingin memainkan segala peran dari yang dimulai sikap yang fasip sampai yang aktif. tapi semua itu tergantung seberapa dominan sikap yang di bawa ketika setiap manusia lahir, bahkan bukan hal yang tidak mungkin ketika mempunyai pembawaan sejak lahir yang cenderum sikap pasif menjadi aktif /agresif biasanya hal itu adalah sebuah proses alamiah yang terkadang muncul dari diri seorang manusia yang ketika menginginkan sebuah perubahan dalam dirinya, dan ketika itu pula kamu memainkan berbagai macam latar sandiwara untuk dirimu dan orang-orang di sekitarmu, dengan tujuan ingin lebih di hargai dan di kenal oleh semua orang  dan tentunya keinginan untuk di akui akan keberadaanmu bahwa "Akulah yang layak untuk jadi peran utama" (heum...  :-|) kamu tidak sadar bahwa sebenarnya dan sesungguhnya bahwa semua orang juga seperti itu, tidaklah munafik kalau kita mau jujur bahwa pada diri setiap manusia ada keinginan untuk tampil didepan dalam hal apapaun demi sebuah gengsi dan apresiasi. 
(bukankah begitu heum,.....?"")

Ketika kamu beranjak dewasa lebih dari usia muda/remaja  ada perubahan  dalam  pemeikirkanmu tentang bagaimana kamu menjalankan roda kehidupan sementara di sampingmu ada bebrapa orang terdekat yang kamu anggap penting yaitu sebuah keluarga dan pasanganmu, kamu berusaha untuk lebih baik  bahkan lebih baik lagi atas segala mimpi yang telah tercapai ketika usia muda/remaja itu kamu inginkan, dan sekarang kamu bertahan untuk mempertahakannya, kamu baru sadar bahwa mepertahankan itu ternyata lebih sulit di banding ketika ingin meraih mimpi-mimpi itu, apakah itu menyangkut hidupmu, karirmu  di dalam sebuah pekerjaan, ataukah mimpi lainya yang begitu kuat ketika kamu inginkan. kamu berusaha mencoba mempertahankan segala cara akan eksistensi untuk terus di akui baik dalam pekerjaanmu dan dalam kehidupanmu yang lain. kamu terus berjuang walau sebenarnya kamu tak sadar bahwa sesungguhnya kamu mulai rapuh waklaupun begitu tapi kamu tetap yakin akan kemampuanmu, kamu merasa mempunyai sebuah tanggung jawab akan kehidupan orang di sekitarmu terutama mungkin pasanganmu dan keluarga kecil yang sedang kamu nahkodai. Kamu menjadikan kaki sebagai kepala dan kepala sebagai kaki untuk tetap berjuang demi keinginan untuk tetap bertahan dalam suasana lingkungan yang berbeda di mana kamu sudah bekerluarga.


Kamu mempertaruhkan segalanya demi keadaan yang serba semuanya dapat "tercapai/tersanggupi" bahkan kamu rela mempertaruhkan harga diri dan bahkan nyawamu untuk sebuah kehidupan yang tetap lebih baik, ketika dalam keadaan menanggung kehidupan di sekitarmu, beribu godaan menyapamu, dan biasanya kamu akan merasakan sebuah "Dilema" yang berkepanjang dalam batin kecilmu. 


"(biasanya dalam kehidupan setelah berumah tangga ada godaan baik itu, dari istri, anak, saudara, keluraga, dan teman semua itu tergantung dari prinsip dan keimananmu)"

Memasuki masa tua 
Dan ketika kamu beranjak tua, kamu tersadarkan oleh kemuraahan hidup di dunia yang menyimpan berbagai macam kenikmatan dunia yang sesaat dan ketika di usia senja seperti ini ketakutan akan kematian terus membayangi, jika kamu pandai mensyukuri pikiranmu akan terasa ringan namun tetap saja tak dapat di pungkiri bahwa kamu tetap merasa takut akan usiamu yang tak lagi sempurna, karena "aku" (penulis disini) lebih berpendapat usia sempurna adalah ketika kita dari bayi jadi anak, dan di saat remaja  perasaan dan anggapan "datangnya kematian menjelang tua," walau "aku" (penulis disini) beranggapan bahwa sebenarnya maut itu tidaklah memandang seberapa usia atau umur kita, "aku" percaya bahwa ketika takdir akan pintu kematian bagi seorang itu telah tiba, maka tibalah kematian tak dapat di tawar-tawar bahkan di tunda-tunda, tapi disni sekali lagi bukan hal yang munafik bahwa di antara kita bahwa ada anggapan bahwa maut itu datang disaat kita menjelang masa tua, walau sebenarnya cara pandang seperti itu adalah salah.

Kembali di usia tua, kamu akan menyesali atas apa yang telah kamu lewati di masa-masa lalu dari mulai impian akan kehidupan yang lebih baik sampai pada kehidupan pribadimu dan sifat-sifatmu, tapi  jika kamu berpikir jernih tentunya akan memperbaikinya dengan mengisi waktu untuk selalu bersujud dan mohon ampun kepada Tuhan YME. Kamu menyadari bahwa tidak terasa bahwa apa yang telah di raih selama ini adalah tak lain dari sebuah sifat untuk memenuhi "Ambisi" kamu-pun akan berPikir baik itu susah, sederhana, belimpah (dalam hal harta) ternyata semua orang tetap di masa tua seperti ini memikirkan sebuah usia yang terus menerus menyusut dan berkurang.

Kematian.....
di sata menjelang ajal kamu sadar bahwa hidup ternyata adalah sebuah ibarat film yang telah di seting sedemikian rupa oleh Tuhan sebagai sutradara dan kamu adalah peran dalam film kehidupan itu, ketika kamu lahir itu adalah perkenalan dari film kehidupan kamu dan dan ketika remaja adalah mencari persoalan dan ketika dewasa tumbuh dan merasakan menanggungi keluarga dan anak adalah menyelesaikan persoalan dan tanggung jawab .


Dan di saat kita bertanggung jawab itu adalah cara menyelesainakan persolan dengan baik dan tercapai untuk hasil di usia tua nanti, dan ketika di usia tua,  itu adalah kesimpulan dan rangkuman dari film kehidupan dan mengedit atas film kehidupan yang telah di jalani dan di putar untuk hasil yang lebih baik ketika kamu menjelang kematian.


Dan ketika kamu mati sesunggunya kamu berahapan dengan 2 film mengenai kehidupanmu  yang akan di rilis baik dalam arti kata disini yaitu menjelang kamu behadapan dengan Sang Khaliq atau  dalam hal ini bisa juga film kehidupanmu di rilis oleh orang-orang yang masih hidup dalam arti kata kamu di kenang dan di pergunjingan baik itu kebaikan dan keburukanmu, dihadapan Tuhan kamu tidak dapat berbuat apa-apa, selain sekarang saatnya kamu yang masih hidup untuk terus berlomba dalam kebaikan dan bermanfaat bagi orang-orang  yang ada di sekitarmu, agar kelak Tuhan  meringankan kehidupan film kedua di Akhirat nanti dengan sebaik-baiknya. (Amin), dan di sifamu di hadapan orang-orang di sekitarmu hendaklan menjadi bagian yang bisa bermanfaat dalam hal kebaikan bagi orang-orang di sekitarmu agar kelak ketika telah tiada nanti orang-orang yang memergunjingkanmu akan iri dan kagum akan sikap dan tindakanmu ketika kamu masih hidup. Semoga kita mengakhirinya fim kehidupan kita di dunia dengan sebaik-baik -nya. (Amin)(Wallahu A'llam)


(Ilustrasi Gmbr di ambil dari: http://archive.kaskus.us/thread/2232259)

18/05/2010

Renunganku.

Wahai Engkau Sang Khalik
Tunjukan kuasamu dengan memberiku sebuah petunjuk tentang keadaan hidup hari ini dan yang akan datang, aku bingung, khawatir, cemas dan takut, apakah aku sanggup memulai sebuah kehidupan yang baru dengan menopang kehidupan yang lainya, sementara aku lihat saat ini terasa berat bagiku untuk di jadikan arah ke depan, Sering aku menghitung setiap jerih payah dari hasil peluhku, rasa gembira., senang, dan haru begitu kental tertasa dan rasanya aku cukup tersenyum, Tapi itu ternyata hanya untuk sementara, kegembiraan itu sesekali terusik oleh lamunanku tentang.


"Apakah aku bisa membangun sebuah kehidupan yang berbeda dari hari ini dengan hari lainya yang akan datang, sementara di depan aku menpopang kehidupan yang lainya"

Satu menit, dua menit, tiga menit, bahkan lebih dari satu jam.... lamanya aku memberi kesempatan kepada "Keyakinan dan Ketakutan" untuk bertemu dan berlomba merebut kekuasan atas diriku, sesekali aku rasakan dalam pikiranku bahwa "Keyakinan" yang menang di saat pikiraku menerawang jauh kedepan dengan dasar dan alasan intervensi agama, bahwa kehidupan ke depan itu tidaklah sesuram seperti yang ada dalam bayangan atau lamunanku karena sesuatunya tetap Tuhan yang mengendalikan, apa yang ada adalah sebuah perencanaan yang matang untuk setiap manusia.


Namun sesekali itu juga "Ketakutan" itu berkuasa dalam pikiranku, ketakutan tentang bagaimana aku bisa merenda kehidupan ke depan sementara keadaan hari ini tidaklah sehebat untuk jadi gambaran kedepan, gelapnya keinginan untuk tahu bagaimana ke depan terasa cukup kuat, biar jauh aku memalingkan, biar jauh aku berusaha mengusir tetap saja "Ketakutan" akan waktu yang di nanti-nanti itu terasa sulit bahkan sukar dan makin merajai alam pikrianku untuk tunduk dan manangis2-nangis, dan memasrahkan segala sesuatunya hanya dengan keluhan, dan kecemasan.
Tuhan kumohon petunjukmu................